JawaPos.com – Wakil Ketua Komite Tetap Kebijakan Fiskal dan Publik Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anggana Buwana mengatakan pelaku usaha kecil dan menengah sangat terdampak terhadap kenaikan suku bunga acuan yang baru ditetapkan Bank Indonesia (BI) pada Kamis (22/9). Menurutnya, kenaikan suku bunga acuan yang melonjak 50 basis poin (bps) akan berpengaruh terhadap pengembalian cicilan kredit yang telah mereka ambil.
“Teman-teman pelaku usaha di kecil dan menengah yang sebetulnya mereka sangat terdampak juga ketika ada penyesuaian suku bunga yang akhirnya mempengaruhi pengembalian cicilan kredit mereka,” kata Anggana dalam diskusi daring dampak kenaikan suku bunga ke perekonomian, Jumat (23/9).
Di sisi lain, ia menjelaskan bahwa kenaikan suku bunga acuan tidak akan berdampak terhadap pelaku usaha yang mapan. Sebab menurutnya, saat ini sektor perbankan telah memberikan tawaran pendanaan yang sangat kompetitif.
“Dalam konteks pelaku usaha yang sudah mapan itu mereka tidak mengalami kesulitan karena memang saat ini juga sektor perbankan secara agresif memberikan tawaran pendanaan yang sangat kompetitif,” jelasnya.
Tak hanya untuk pelaku usaha kecil, ia menyebut kenaikan suku bunga acuan ini juga akan berdampak terhadap masyarakat yang ingin membeli properti. Sebab dalam kondisi ini akan sangat berpengaruh terhadap suku bunga pinjaman kredit kepemilikan properti ke depannya.
“Sektor properti yang secara langsung betul-betul terdampak sehingga keputusan orang untuk melakukan pembelian properto misalnya atau lahan lahan yang saat ini masih tersedia dan bisa dimiliki masyarakat, itu menjadi tertunda. Karena memang saat ini ada tren kenaikan dari BI ratenya karena akan berdampak langsung pada suku bunga pinjaman untuk kredit kepemilikan properti,” pungkasnya.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) dalam Rapat Dewan Gubernur BI memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Days Repo Rate (BI7DDR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,25 persen.
Menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, hal ini dilakukan sebagai langkah front-loaded, pre-emptive, dan forward looking dalam menurunkan ekspektasi inflasi dan inflasi inti.
“Untuk memastikan inflasi inti kembali ke kisaran sasaran, yaitu 3 persen plus minus 1 persen pada paruh kedua tahun 2023,” tutur Perry saat konferensi pers di Jakarta, Kamis (22/9).
Selain mengerek suku bunga acuan, BI juga menaikkan suku bunga deposit facility sebesar 50 bps menjadi 3,5 persen dan suku bunga lending facility sebesar 50 bps menjadi 5 persen.
Tak hanya untuk meredam inflasi, Perry menyebut peningkatan suku bunga acuan ini dilakukan untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya. Terlebih saat ini Indonesia masih berada pada ketidakpastian pasar keuangan global. “Plus, sudah ada peningkatan permintaan ekonomi domestik yang tetap kuat,” tambah Perry.
Editor : Banu Adikara
Reporter : R. Nurul Fitriana Putri
Credit: Source link