BANGLI, BALIPOST.com – Masyarakat Desa Adat Serokadan, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli selama ini punya usaha musiman yang dijalankan setiap enam bulan sekali saat menjelang hari raya Galungan dan Kuningan. Yakni sebagai pembuat lamak. Lamak dibikin warga Serokadan sudah cukup dikenal dan banyak dijual di pasar-pasar hingga ke luar Bangli.
Sebagaimana yang diketahui, lamak merupakan salah satu perlengkapan upacara yadnya umat Hindu di Bali. Lamak dibuat dari daun enau yang dibentuk dan dihias dengan indah. Lamak biasanya di pasang di bagian depan palinggih, pelangkiran maupun penjor.
Bendesa Adat Serokadan, Dewa Gede Oka mengatakan, membuat lamak sudah menjadi tradisi turun-temurun warga Serokadan. Dari 215 rumah yang ada di Banjar Serokadan hampir 100 persen warganya membuat lamak di rumah masing-masing jelang hari raya. Selain untuk kebutuhan upacara di rumah masing-masing, membuat lamak jadi usaha sampingan warga.
Pendapatan dari membuat lamak diakuinya cukup membantu perekonomian warga jelang hari raya. Satu orang bisa dapat jualan Rp1-2 juta. Walaupun jadi PNS, karyawan hotel, kalau pulang sampai rumah pasti menyempatkan diri nyait lamak.
Selama ini lamak buatan warga Serokadan banyak dijual di pasar tradisional. Tidak hanya di Bangli namun juga merambah luar kabupaten seperti, Klungkung, Gianyar hingga Denpasar. Biasanya lamak banyak dibuat warga jelang hari raya seperti Galungan.
Lamak buatan warga Serokadan diakuinya punya kualitas, ciri khas dan taksu tersendiri. Lamak Serokadan bahkan telah dijadikan icon untuk acara festival di kabupaten lain. Selain lamak, warga Serokadan selama ini juga membuat tamiang, cenigan dan sulanggi. Perlengkapan upacara tersebut biasanya dibuat menjelang hari raya Kuningan.
Mantan anggota DPRD Bangli itu mengatakan pihaknya selama ini berupaya menjaga kelestarian warisan budaya tersebut dengan menggelar parade budaya. Dimana dalam parade budaya tersebut, salah satunya ditampilkan adalah atraksi membuat lamak. “Mungkin kedepan akan upayakan merintis semacam festival lamak. Jadi dilombakan tiap rumah. Tujuannya untuk menggugah generasi muda untuk ikut ke depannya melestarikan budaya,” katanya. (Dayu Swasrina/balipost)
Credit: Source link