JawaPos.com – Kurang beberapa hari lagi Imlek. Pada hari awal penanggalan Tionghoa tersebut biasanya dilalui dengan beragam aktivitas. Salah satunya menyantap jamuan makan besar.
Nah, apa perut sudah siap untuk makan-makan saat momen Imlek? Padahal body goals tahun ini badan kurus dan langsing.
Sementara itu, tidak jarang menu makanan yang tersaji saat momen Imlek berbahan dasar seperti tepung dan tinggi gula. Misalnya, kue mangkuk, mie panjang, hingga spring rolls atau lumpia.
Dengar suara kres dari kulit lumpia yang garing dan gurihnya isian lumpia yakin tak bakal cukup satu mengunyahnya. Ingin tambah lagi, bukan? Hehe. Tapi, kalau menolak makan, khawatir merusak momen kebahagiaan Imlek.
Berikut tips tetap bisa makan enak tapi jarum timbangan tidak bergeser ke kanan. Dietitian di LIGHThouse Meilani Christanti mengatakan, sebetulnya, ketika seseorang sedang berupaya untuk menurunkan berat badan, tidak masalah jika ingin mengonsumsi makanan berbahan tepung.
Tunggu dulu. Meilani mengungkapkan, ada syarat yang wajib dipatuhi. “Misal, oh iya nanti malam aku mau makan mie. Ya sudah, pagi dan siang hindari makanan berbagan dasar tepung atau mie. Karena malam nanti mau ada mie yang masuk,” katanya saat ditemui di penganugerahan Light Weight Challenge 2023 beberapa waktu lalu.
Mengapa demikian? Meilani menyatakan bahwa hal itu bertujuan supaya berat badan tetap terkontrol. Dia mengimbau agar pada pagi dan siang diperbanyak mengonsumsi makanan yang tinggi protein dan serat.
Meilani menilai, tidak ada makanan yang jahat dan tidak jahat. Yang ada, lanjutnya, makanan dengan tinggi kalori atau tidak.
“Boleh kok makan makanan tinggi kalori sehari sekali, tidak masalah dan itu maksimal,” jelasnya.
Terpisah, Naomi Ernawati Lestari selaku Mind and Behavior Expert LIGHThouse menjelaskan bahwa langkah awal untuk menurunkan berat badan adalah dengan mengatur pola pikir pasien terhadap perilaku diet yang sehat dan seimbang. Dia menyatakan, untuk mendapatkan berat badan ideal yang stabil, perlu adanya kesadaran bahwa menurunkan berat badan dimulai dengan mindset yang benar akan program diet yang sehat.
Mindset itu dinilai oleh alumnus psikologi Universitas Atmajaya tersebut berpengaruh terhadap pola perilaku pasien. “Bagaimana mereka mulai memahami bahwa diet yang cepat dan ekstrim guna mencapai berat badan ideal mereka belum tentu memberikan dampak positif dalam jangka panjang,” ujar Naomi.
Selain itu, Naomi menuturkan bahwa jangan pernah menjadikan makanan sebagai reward and punishment. Misalnya, ketika pikiran sedang kalut, lalu menghukum diri dengan tidak makan.
“Atau, saat berat badan naik, makanan dijauhi. Makanan dihukum. Sebaliknya, saat lagi bahagia atau perlu mendapatkan reward maka dengan makan besar dan banyak,” tambahnya.
Terpisah, Esty Meirizka selaku Head of Marketing LIGHThouse mengatakan, penurunan berat badan lebih dari sekadar menjaga penampilan tapi juga mengatasi obesitas. Dia menilai, persentase kesadaran masyarakat Surabaya terkait hal itu ternyata besar.
“Ketika LIGHTweight Challenge (LWC) yang berlangsung di tiga kota, peserta dari Surabaya sampai ribuan. Tiga kota yaitu Surabaya, Medan, dan Jakarta,” terangnya.
Editor : Estu Suryowati
Reporter : Dimas Nur Aprianto
Credit: Source link