JawaPos.com – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka kemiskinan mencapai 26,36 juta penduduk pada September 2022, naik 0,2 juta dibandingkan Maret 2022. Persentase angka kemiskinan tercatat 9,5 persen Pada September 2022, naik tipis sebesar 0,03 dibandingkan pada Maret 2022. Meski demikian, angka tersebut tercatat menurun sebesar 0,14 persen poin jika dibandingkan dengan September 2021.
“Jadi di September ini tingkat kemiskinan kita naik tipis hanya 0,03 persen. Bahkan kalau dibandingkan dengan September 2021 angka kemiskinan kita masih turun 0,14 persen dibandingkan September 2021,” kata Kepala BPS Pusat Margo Yuwono dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (16/1).
Dari jumlah itu, Margo menambahkan kenaikan sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk miskin pada September 2022 sebesar 0,20 juta orang menjadi 26,36 juta orang terhadap Maret 2022. Selain itu, tercatat turun 0,14 juta orang terhadap September 2021.
“Jika dilihat dari tenaga kerja, belum sepenuhnya angkatan kerja itu mampu terserap di pasar kerja selama pandemi yang menerjang kita dua tahun belakangan ini,” tambahnya.
Berdasarkan tempat tinggal, pada periode Maret-September 2022 jumlah penduduk miskin perkotaan naik sebesar 0,16 persen juta orang sedangkan di perdesaan naik sebesar 0,04 persen. Dari sisi jumlah, presentase penduduk miskin sebagian besar berada di Pulau Jawa sebanyak 13,94 orang.
Sedangkan jumlah penduduk miskin yang mengalami penurunan hanya terjadi di Pulau Sumatera sebesar 5,76 persen. Adapun provinsi yang mengalami kenaikan kemiskinan, meliputi Kalimantan 1,00 persen, Sulawesi 2,03 persen, Maluku dan Papua 1,54 ersen, dan Bali dan Nusa Tenggara 2,11 persen.
Untuk diketahui angka kemiskinan dirilis tiap semesteran atau dua kali dalam setahun. Adapun survei akan dilakukan setiap Maret dan September di tiap tahunnya.
Terkait itu, Margo membeberkan bahwa angka kemiskinan per September 2022 ini dipicu oleh fenomena sosial-ekonomi, meliputi perekonomian triwulan III/2022 yang tercatat tumbuh sebesar 5,72 persen (YoY) atau lebih tinggi daripada triwulan I/2022 sebesar 5,01 persen.
Kemudian, tingkat pengangguran terbuka (TPT) turun pada Agustus 2022 sebesar 5,86 persen atau turun jika dibandingkan TPT Agustus 2021 yang sebesar 6,49 persen.
Meningkatkanya porsi pekerja penuh dan masih terdapat penduduk usia kerja yang terdampak pandemi pada Agustus 2022 yaitu sebanyak 4,15 juta orang. Selain itu, pada triwulan III/2022 juga terjadi pertumbuhan ekonomi yang melambat salah satunya terlihat dari konsumsi rumah tangga yang turun 0,12 persen dibandingkan dengan Triwulan II/2022.
“Sepanjang September 2022 trjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor padat karya seperti industri tekstil, alas kaki serta perusahaan teknologi. Penyesuaian harga BBM yang kemudian meningkatkan biaya produksi pertanian,” terangnya.
Sementara itu, ia menyebut angka kemiskinan per September 2022 mampu ditekan lonjakannya karena Pemerintah menyediakan bantalan untuk melindungi daya beli dengan menggelontorkan bantuan sosial (Bansos) sebesar Rp 24,17 triliun.
Hal tersebut dilakukan lantaran harga komoditas pangan dan non pangan yang dikonsumsi penduduk miskin semakin mahal. Mulai dari beras, tepung terigu, gula pasir, telur ayam ras, dan cabai merah hingga pertalite, solar, pertamax, kontrak rumah dan LPG 3 Kg.
Editor : Mohamad Nur Asikin
Reporter : R. Nurul Fitriana Putri
Credit: Source link