DENPASAR, BALIPOST.com – Harga beras per 25 Februari 2024, berdasarkan data Sigapura Pemprov Bali yaitu Rp15.408 untuk beras medium I, Rp16.607 untuk beras super I, Rp10.931 untuk beras SPHP, Rp16.453 untuk beras premium. Harga beras yang ada saat ini merupakan titik keseimbangan baru, sehingga diprediksi akan sulit turun ke harga seperti semula. Upaya yang kini bisa dilakukan adalah agar harga tidak terus naik.
Deputi Kepala BI KPw Bali G.A. Diah Utari, Minggu (25/2) mengatakan harga beras saat ini membentuk keseimbangan harga baru. Menurutnya, dengan masuknya harga beras ke keseimbangan baru maka agak berat untuk kembali ke harga yang dulu.
“Sekarang memang harga beras sedang tinggi dan akan mencapai titik keseimbangan baru, yang tentunya upaya kita bagaimana mencegah supaya itu tidak meningkat lagi, supaya inflasinya tidak meningkat,” ujarnya.
Untuk itu pihaknya bekerja sama dan berkolaborasi dengan Bulog dan dinas terkait. Dinas pertanian juga dikatakan telah mendata dimana pasokan beras yang ada di Bali. “Beberapa kali kita rapat supaya supply di Bali tetap tersedia,” ujar Diah.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali I Wayan Sunada mengatakan, bulan Februari sudah panen padi seluas 7.500 ha dengan proyeksi gabah yang dihasilkan 56 ribu ton Gabah Kering Panen (GKP), 62 persennya akan menjadi beras.
Selain itu, pada Maret juga akan ada panen sekitar 20.000 ha. Menurutnya luasan tersebut cukup banyak. Dengan produktivitas padi rata-rata 7,5 ton per ha, maka beras yang dihasilkan cukup besar. “Maret- April kita ada panen raya, Februari bukan panen raya, kita baru memulai,” ujarnya.
Panen raya yang akan terjadi Maret-April nanti, menurut Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali I Wayan Sunada akan mampu memenuhi kebutuhan beras di Bali. Namun ia khawatir saat panen raya merupakan momen harga beras turun.
Untuk menjaga petani tetap bergairah dan harga pangan terjangkau, diakui harga gabah yang semula Rp8.000 saat ini menjadi Rp7.600, maka manajemen stok akan terus dilakukan. Mengingat di Jawa Timur dan Jawa Tengah juga panen, maka kekhawatiran terjadinya perang harga di lapangan dapat dikendalikan dengan ketersediaan pasokan Bali terjaga.
Sementara itu, terkait dengan upaya menekan inflasi, Diah mengaku pihaknya telah memetakan potensi risiko terutama pada triwulan I karena adanya Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) menumpuk.
“Kita terus berupaya menjaga inflasi sesuai range target 2,5 persen plus minus 1 persen dengan berbagai upaya, salah satunya dengan operasi pasar, kerja sama dengan Pemda, termasuk menyediakan canang sari dengan harga Rp1 bayar pakai QRIS untuk menjaga tekanan inflasi, yang mana canang sari selalu naik jelang hari raya,” ujarnya.
Selain pasar murah, upaya lain yang dilakukan untuk menjaga stabilisasi harga dan psikologis konsumen adalah mengajak masyarakat menanam sendiri bahan pangan di pekarangan rumah atau memanfaatkan lahan kosong. Upaya itu adalah untuk memenuhi kebutuhan dimulai dari lingkungan terdekat, aling tidak memberikan pesan bahwa ada upaya yang bisa dilakukan untuk menambah ketersediaan pasokan dan supply, salah satunya dengan mendorong masyarakat memenuhi kebutuhannya sendiri dari lingkungan sekitar terdekat baik dari gerakan tanam di pekarangan rumah maupun perkantoran. Harapannya permintaan untuk barang strategis bisa dipenuhi. (Citta Maya/balipost)
Credit: Source link