Menerima kritik, bagi sebagian orang, terkadang dirasakan sebagai hal yang menyakitkan sampai terbawa perasaan (baper). Di sisi lain, orang begitu mudah mengkritik orang lain tanpa mempertimbangkan etika. Sebenarnya, ada cara asyik dalam mengkritik dan merespons kritik.
—
SECARA umum, kritik bisa diartikan sebagai suatu pendapat yang dikemukakan karena ada yang dirasa kurang oleh pemberi kritik. Misalnya, kurang ramah, kurang etis, dan kurang murah. Jadi, kritik itu sebenarnya hanyalah pendapat orang tentang sesuatu yang ’’terdengar negatif’’. Namun, kalau mindset kita terbiasa terbuka untuk masukan apa pun, kritik mungkin malah jadi sesuatu yang kita tunggu. Kritik bisa menjadi feedback atau kendaraan untuk lebih baik. Bahkan jadi evaluasi gratis.
Memberi Kritik
Rasanya setiap manusia yang sudah bisa ’’protes’’ tentu pernah mengkritik. Kritik muncul karena adanya suatu hal yang ingin disampaikan kepada yang dikritik. Entah dalam hubungan familial, sosial, atau profesional. Nah, supaya mendapat perhatian dan tidak menyinggung kenyamanan rasa, perlu dipikirkan cara mengkritik yang asyik, antara lain:
• Jika kenal secara personal, mulailah dengan minta izin. Misalnya, ’’Bolehkah saya berpendapat sesuatu tentang karya Anda dengan jujur?’’.
• Disampaikan dengan nada DO rendah dan ekspresi yang tidak menyalahkan atau merendahkan. Ini justru bisa membangun diskusi sehat.
• Jika tertulis, sampaikan dengan bahasa yang santun dan ’’terbaca nada’’-nya biasa saja. Tidak ada kekasaran apa pun.
• Sampaikan alasan apa yang membuat Anda perlu mengkritik. Jika perlu dengan data.
• Sampaikan pada saat yang tepat.
• Jika yang dikritik membantah atau emosi, hadapi dengan tenang dan rileks.
• Jika ingin menyampaikan kritik, lakukan dengan tepat. Bagaimana responsnya, bukan lagi urusan kita.
Menerima Kritik
Nah, ini seharusnya jadi pihak yang paling bersyukur. Tanpa membayar apa pun, bisa mendapat banyak input positif sebagai bahan evaluasi. Itu jika open-minded. Ketika mendapat kritikan, tidak diterima sebagai tudingan kesalahan, kekurangan, atau kelemahan. Namun, diterima sebagai informasi tentang hal-hal lebih baik yang belum dilakukan. Yang harus disempurnakan dan ditingkatkan. Nah, di situ ada ’’berlian-berlian’’ informasi yang sangat bermanfaat untuk bertumbuh.
• So, yuk terima kritik dengan sikap rileks dan positive mind.
• Ucapkan terima kasih karena telah memberikan masukan.
• Lalu, tanyakan dengan santun kenapa dia mengkritik. Apa yang dialami, di luar pengetahuan kita?
• Mintalah data valid, jika perlu, tentang yang dikritik.
• Mintalah pendapat bagaimana kita bisa memperbaiki hal yang dikritik.
• Santai, katakan jika ada hal-hal di kemudian hari yang perlu disampaikan, Anda terbuka mendengarkan.
• Jika alasan dia mengkritik tidak masuk akal atau mengada-ada, cukup dengarkan. Cukup sampai di situ. Tidak perlu membuang waktu lagi. Tapi, sikap tetap santun dan santai agar tidak melelahkan hati.
Jadi, bagi yang bisa mengelola dan justru mengambil ’’berlian-berlian’’ dari pendapat orang (kritik) itu, kritik adalah input gratis. Buang reaksi negatif menerima kritik. Tangkap manfaat kritik tanpa berisik. (*)
*) Baby Joewono, Founder & trainer at Baby Joewono Soft Skills Center Penulis buku Optimizing You with Brain-based Soft Skills dan Soft Skills Solid, Profesi Melejit
Credit: Source link