Kelompok ISIS
Melihat fenomena ISIS, di Suriah dan Irak, begitu juga dengan kelompok intoleran lainnya di masa kini, haruslah dengan kacamata generasi kekinian, ISIS tidak lahir dari perencanaan yang terpusat dengan kepemimpinan yang saklek.
ISIS adalah kelompok yang dibesarkan dari revolusi yang terjadi di Irak saat baron-baron bersenjata merasakan kemenangan perang dan keuntungan dari perang. Mereka menjadi daya tarik yang sangat kuat bagi generasi milenial yang melek teknologi dan pengetahuan.
Penelitian pada bulan November 2015 dari New America Foundation memperlihatkan bahwa rata- rata orang barat yang bergabung dengan ISIS berumur 24 tahun. Generasi inilah yang besar bersama Facebook, Twitter dan Instagram. Ketika mereka berkumpul dan bekerja sama sebagai jihadis mereka telah membuat rumusan baru untuk berperang menggunakan media sosial sebagai senjatanya.
Metode Perang Media Sosial ISIS terbagi atas:
Pembekalan dan Persiapan
1. Membekali mereka dengan vidoe dokumenter dari berbagai sumber yang disusun sesuai dengan arah propaganda mereka
2. Membekali diri dengan press release, untuk menjelaskan keberadaan mereka kepada media dan dunia. Press release menunjukkan bahwa mereka juga punya sebuah tatanan normal bahkan dilengkapi dengan pemberitahuan mereka tentang pembukaan sebuah rumah sakit untuk anak.
3. Membekali diri dengan foto-foto instagram yang menarik perhatian orang muda. Sederetan foto selfie dengan membawa senjata menjadi salah satu cara mereka menarik perhatian.
4. Menyusun Video Koreografi yang memperlihatkan aksi-aksi mereka, yang memperlihatkan kemampuan mereka menyusun skrip, penggunaan kamera berbagai sudut, lengkap dengan berbagai efek yang dramatis.
Intimidasi
1. Intimidasi dan demoralisasi lawan. Secara rutin mereka menanyangkan eksekusi mati para tawanannya. Distribusinya digarap sedemikian rupa agar viral lengkap dengan footage2 yang kejam seperti pembakaran, penenggelaman, bom kalung dan sebagainya semua untuk menarik perhatian penonton yang tergila-gila pada kejantanan.
2. Pembajakan Hastag. Dengan perecanaan yang matang bersama pasukan bot twitter, militan ISIS membajak hastag-hashtag yang mungkin tidak berhubungan untuk menyebarkan pesan mereka kemana-mana. Contohnya mereka menggunakan hastag #WorldCup untuk propaganda kekejaman mereka. Mereka menampilkan kepala yang terpotong dengan komentar, inilah bola sepak ala mereka. Bolanya dibuat dari kulit (manusia) #WorldCup.
Koordinasi
1. Militian isis membuat forum diskusi terenkripsi yang tersebar di dunia maya. Di forum-forum ini mereka menganalisis dan merencanakan banyak hal dari administrasi pengelolaan negara gaya mereka hingga operasi-operasi militer.
2. ISIS menyiapkan Drone yang menyiarkan secara langsung perkembangan di berbagai wilayah peperangan. Kemampuannya mampu menangkap perkembangan setiap saat sekaligus merekeman video-video yang digunakan untuk propaganda di media sosial.
3. Komunikasi-komunikasi yang terenkripsi rapi. Untuk melakukan kontrol wilayah mereka menggunakan sarana seperti Skype, Silent Circle, Telegram, dan WhatsApp. Pesan-pesan rahasia biasanya disampaikan dengan platform terenkripsi seperti Kik.
TAGS : Strategis ISIS Media Sosial Penelitian Radikalisme
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/11248/Cara-ISIS-Berperang-Melalui-Media-Sosial/