Baca juga: Kekurangan chip, Stellantis setop pabrik di Italia
“Situasi semikonduktor benar-benar masih ada, dan akan menjadi tantangan bagi industri sepanjang tahun ini dan tahun depan,” kata Kaellenius pada konferensi Reuters Automotive Europe di Munich, dikutip pada Sabtu.
Namun, ia mengatakan bahwa meskipun ada volatilitas pasar, pembuat mobil masih memiliki backlog pesanan yang kuat.
Sebagai informasi, volatilitas adalah ukuran perubahan statistik suatu harga sekuritas dalam periode tertentu.
Baca juga: Lokalisasi komponen jadi strategi Suzuki hadapi isu semikonduktor
“Kami belum melihat tanda-tanda bahwa permintaan akan bergerak ke arah sana (negatif),” kata Kaellenius.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa ketika industri otomotif melakukan transisi ke kendaraan listrik (EV), Mercedes-Benz akan memainkan “peran yang lebih aktif” di seluruh rantai pasokannya sampai ke tempat penambangan bahan baku.
“Kami tidak berhenti di pabrik sel baterai… kami harus melalui seluruh rantai nilai di sini karena ada begitu banyak yang bergerak,” kata Kaellenius.
Dia menambahkan bahwa akan membutuhkan setidaknya satu dekade untuk mentransisikan pabrik mesin pembuat mobil bertenaga bahan bakar fosil untuk menjadi pabrik yang membuat mobil listrik sepenuhnya (full electric).
Kaellenius menambahkan bahwa dia yakin transisi tersebut dapat dikelola secara teratur nantinya.
Baca juga: Penjualan mobil impor di Korsel turun 2,4 persen di tengah krisis chip
Baca juga: CEO Intel prediksi masalah kekurangan chip akan berlanjut hingga 2024
Baca juga: VW sebut pasokan chip tidak mungkin cukup hingga 2024
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022
Credit: Source link