Pandemi Covid-19 hingga kini masih belum berakhir. Beruntung, negeri ini memiliki sosok Muhammad Arifin. Seorang dokter gigi, spesialis orto yang secara militer berpangkat Letnan Kolonel Laut. Arifin sudah terlibat dalam Percepatan Penanganan Covid-19 sejak awal. Hingga kini, ia dipercaya menjadi komandan Lapangan Satgas COVID-19 RSD Wisma Atlet.
YOGI WAHYU PRIYONO, Jawa Pos
Tidak terasa pandemi Covid-19 yang melanda negara-negara besar termasuk Indonesia mendekati usia 1 tahun. Hal ini sejalan dengan keterlibatan Letnan Kolonel (Letkol) TNI Laut, M. Arifin, menangani virus Covid-19. Sejak awal munculnya virus Covid-19 di Indonesia, Arifin ditugaskan untuk menjadi garda terdepan dalam Percepatan Penanganan Covid-19.
Ditemui di Ruang Media Center di Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat, pria kelahiran Karang Anyar, Jawa Tengah tahun 1975 ini menceritakan perjalanan satu tahun menjadi garda terdepan penanganan Covid-19. Arifin masih ingat betul kapan ia ditunjuk untuk terjun menangani wabah Covid-19. Tepatnya pada bulan Februari 2020, Arifin yang memimpin Satuan Batalyon Kesehatan I Marinir diberi tugas Observasi selama 14 hari di Pulau Natuna. Dimana ia beserta prajurit lainnya mengevakuasi 245 Warga Negara Indonesia (WNI) dari Kota Wuhan, China.
“Saya selaku Komandan Batalyon Kesehatan I Marinir, tentunya tugas ini adalah suatu kehormatan. Diberikan kepercayaan atas perintah Komandan Atas Mabes TNI,” kata Arifin.
Sukses di Pulau Natuna, di bulan yang sama Arifin bersama 36 personel kembali dipercaya untuk menangani Covid-19 di Pulau Sebaru. Di pulau itu, membuat manajemen lapangan untuk pengaturan bagaimana observasi orang yang baik itu suspect maupun orang yang sudah konfirm positif. Di Pulau Sebaru ia mengendalikan semua yang ada di sana, didukung Satgas Covid-19.
Arifin bersama personel lainnya melalukan Observasi dari 2 Kapal Pesiar yakni Kapal World Dream dari Hongkong yang berjumlah 188 anak buah kapal pesiar dan dari Jepang, Kapal Diamond Princess, berjumlah 69 orang. Dikatakan Arifin, Kapal Diamond yang invesius sekali dan saat itu Indonesia kemasukan orang yang terinfeksi Covid-19, pernah dirawat di kapal tersebut lalu dipindah ke Pulau Sebaru.
“Ribuan ABK (anak buah kapal) dan penumpangnya banyak positif. Itulah pertama kali kita yang benar-benar bersinggungan dengan pasien atau orang yang kita observasi benar-benar dari kapal yang infeksius. Kita tidak pernah tahu dalam perjalanannya 14 hari di observasi di Pulau Sebaru itu bisa menjadi positif,” ucapnya.
Arifin pun harus bekerja keras, beberapa strategi diterapkan seperti menggunakan Wireless Command Center. Kemudian membuat tenda khusus untuk memantau pasien dimana di dalamnya terdapat TV, CCTV, komunikasi dua arah dengan mereka beda gedung.
“Jadi kita di tenda mereka di gedung memberikan batasan-batasan zona merah, zona kuning dan zona hijau. Itu juga sudah kita mulai bahkan di Pulau Natuna dan dengan jurus baru,” terangnya.
Pada 23 Maret 2020 hingga kini, Arifin ditugaskan untuk memimpin penanganan Covid-19 di Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat. Ayah dua anak ini masih dipercaya oleh pimpinan untuk membantu pelaksanaan awal-awal berdirinya Rumah Sakit darurat Covid-19 tersebut. Sebab ia memiliki pengalaman melakukan observasi pasien Covid-19. Sehingga ilmu yang ia dapatkan di lapangan mulai di Pulau Natuna serta di Pulau Sebaru diterapkan di Wisma Atlet.
Anggota Kompi Zeni Nubika yang memang melekat pada waktu operasi di Pulau Natuna juga ikut melanjutkan tugas di Wisma Atlet, Kemayoran, hingga saat ini. “Jadi mulai tanggal 23 Maret 2020, sejak Rumah Sakit ini berdiri dalam perkembangannya termasuk bagaimana pengaturan, alur pasien masuk, pengendalian di lapangan, kita yang buat,” jelasnya.
Menurutnya, pasien di RSD Wisma Atlet awalnya berada diangka terendah pasien positif. Kemudian angkanya meningkat hingga paling tinggi sampai di tanggal 27 September 2020, mencapai sekitar 5000 pasien Covid-19. Setelah itu, mengalami penurunan pasien saat pemerintah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ketat.
Kemudian, saat penerapan PSBB transisi dan bersamaan dengan libur panjang, angka kasus Covid-19 sempat berada pada posisi 29 persen bahkan Tower 4 RSD Wisma Atlet sempat ditutup tidak ada pasien. Namun pasca libur panjang dan PSBB transisi, yang mana mobilisasi orang lebih bebas, demonstrasi dimana-mana, orang-orang kondangan dan berwisata, angkanya kembali naik.
Tentunya, kata Arifin, dengan dinamika yang ada dari Maret 2020 itu fluktuatif sampai sentuh di angka tertinggi terus ke angka terendah kembali naik. “Prinsipnya, pengendalian penyakit virus corona ini adalah kontak, intinya orang tak akan tertular kalau tidak bertemu orang yang positif Covid-19 dan berkumpul, itu kan minimal kontak,” kata Arifin.
Arifin juga menyoroti di masa PSBB transisi dimana tempat usaha seperti restoran yang kembali buka. Kemudian pengunjung ngobrol sampai lupa dengan Protokol Kesehatan. “Jika dibatasi, seperti halnya PSBB ketat itu berpengaruh, warung tidak buka hanya take away itu mengurangi. Jika itu dilakukan angkanya menurun, dilonggarkan ya naik lagi. Senjatanya itu Protokol Kesehatan sampai vaksin disuntikkan,” ujar dokter gigi yang pernah menempuh program pendidikan dokter gigi spesialis orthodonsi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran (FKG Unpad) Bandung ini.
Kiprah teman sejawat dokter gigi dipercaya mengemban tugas dan tanggungjawab yang sangat besar dan mulia memimpin pasukan, sebagai “panglima” perang melawan Corona Virus Disease. Arifin pun banyak mendapatkan dukungan dari kawan teman sejawatnya. Tak sedikit yang mengirimkan pesan singkat kepada pria dengan sandi “Cobra” tersebut. Banyak dukungan mengalir, sampai mendoakan Dokter Gigi itu, agar Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kesehatan, kekuatan, kesabaran dan juga kepada pasukannya dalam menjalankan tugas mulia itu.
“Saya juga sering berkonsultasi juga dengan ahli penyakit infeksi yang ada di rumah sakit,” ucapnya.
Sejauh ini di Wisma Atlet, personil keseluruhan dari 3 unsur rutin patroli, seperti TNI AD ada 91 personel, Marinir 40 personel, Paskhas 22 personel, dan Kepolisian 63 personel. Satu tahun berkecimpung menangani virus mematikan, Arifin pernah merasakan menjalani karantina lantaran terpapar viru. Namun, hal itu tidak berjalan lama.
“Saya pernah (positif Covid-19) sekali dan itu di akhir-akhir tahun ini. Di akhir-akhir kemarin memang banyak pikiran, mungkin yang bikin imun saya turun,” katanya.
Menurut Arifin, pasien itu tetap harus gembira dan semangat. Untuk itu, ia menerapkan kegiatan seperti olahraga, siraman rohani, serta fasilitas karaoke. Tujuannya agar pasien tidak jenuh dan tetap gembira sehingga daya imun tubuhnya tetap terjaga.
Bertugas sebagai garda terdepan tentunya banyak yang dikorbankan oleh Arifin, salah satunya waktu berkumpul bersama keluarga. Saat bertugas di Pulau Natuna, Arifin tidak bertemu dengan keluarga sekitar 4 bulan. Dikala sedang merindukan keluarganya, ia hanya berkomunikasi menggunakan video call.
Seiring berjalannya waktu hingga sampai di Wisma Atlet, Arifin kini dapat bertemu dengan keluarga dua minggu sekali. Saat pulang, Arifin pun menerapkan protokol kesehatan. Ia tidak ingin kepulangannya justru membawa penyakit kepada keluarganya. Sebelum pulang, Arifin terlebih dahulu memastikan dirinya negatif Covid-19. “Prokes diterapkan di keluarga seperti jaga kesehatan, selalu cuci tangan kemudian masuk ke rumah mandi (keramas), ganti baju kemudian baru bisa berkumpul dengan keluarga. Itu yang sudah biasa dan sampai saat ini kita berlakukan,” tuturnya.
Arifin berharap, tahun ini adalah tahun terakhir dan selesai. Selain itu ia berharap setelah vaksin, sudah turun angka positif dan pada akhirnya dapat melakukan aktifitas seperti biasa (normal).
Saksikan video menarik berikut ini:
Credit: Source link