Petugas memeriksa limbah impor di Qingdao Provinsi Shindong (Foto: Reuters)
China – Sekelompok ilmuan mengatakan, keputusan China menolak limbah plastik dari negara lain menyebabkan persediaan plastik di seluruh dunia, dan negara-negara kaya harus menemukan cara memperlambat akumulasi salah satu bahan paling umum di planet ini.
Laporan berjudul: `Larangan impor China dan dampaknya terhadap perdagangan limbah plastik global`, berusaha untuk mengkuantifikasi dampak kebijakan China pada perdagangan limbah plastik di seluruh dunia, dan menemukan bahwa diperkirakan 111 juta metrik ton sampah plastik akan bergeser tahun 2030.
Negara-negara kaya seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Jerman telah lama mengirim plastik daur ulang mereka ke China, dan kini negara itu tidak ingin lagi menjadi tanah penampungan plastik dunia.
Studi ini menemukan bahwa China telah mengambil lebih dari 105 juta metrik ton material sejak 1992, setara dengan berat lebih dari 300 Empire State Buildings.
“Perubahan ini memaksa negara-negara untuk memikirkan kembali bagaimana mereka menangani sampah plastik. Mereka harus lebih selektif mendaur ulang, dan lebih teliti menggunakan kembali plastik,” kata Amy Brooks, penulis pertama pada studi dan seorang mahasiswa doktoral di teknik di Universitas Georgia, dikutip dari Al Jazeera, Kamis (21/6).
Sementara itu, kata Brooks, lebih banyak sampah plastik kemungkinan akan diinsinerasi atau dikirim ke tempat pembuangan sampah.
Krisis limbah plastik dunia memburuk setelah larangan impor China. Studi ini menemukan bahwa China mengerdilkan semua importir plastik lainnya, terhitung sekitar 45 persen dari sampah plastik dunia sejak 1992.
Larangan itu merupakan bagian dari tindakan keras yang lebih besar terhadap sampah asing, yang dipandang sebagai ancaman bagi kesehatan dan lingkungan.
“Beberapa negara seperti Thailand, Vietnam dan Malaysia mengalami peningkatan impor limbah plastik sejak larangan China menerapkan larangan mereka sendiri karena cepat atau lambat akan terbebani,” kata Brooks kepada Associated Press.
Studi mengilustrasikan bahwa plastik, yang memiliki beragam kegunaan dan formulasi, lebih sulit untuk didaur ulang daripada bahan lain, seperti kaca dan aluminium, kata Sherri Mason, yang tidak terlibat dalam penelitian dan merupakan ketua geologi dan departemen ilmu lingkungan di Universitas Negeri New York di Fredonia.
Banyak konsumen mencoba mendaur ulang produk-produk plastik yang pada akhirnya tidak dapat didaur ulang, kata Mason. Salah satu solusinya adalah menyederhanakan berbagai plastik yang digunakan untuk membuat produk, katanya.
“Kita harus menghadapi bahan ini dan penggunaannya, karena begitu banyak yang digunakan sekali pakai plastik dan ini adalah bahan yang tidak hilang,” kata Mason.
“Plasti tidak kembali ke planet seperti bahan material lain,” sambungnya.
TAGS : China plastik Amerika Serikat Jepang Jerman
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/36470/China-Tolak-Plastik-Asing-Ini-Dampaknya-Bagi-Negara-Lain/