JawaPos.com – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo alias Bamsoet membagikan tips berwirausaha secara mudah di era digital. Menurutnya, salah satu kemudahan itu bisa dilakukan hanya bermodalkan handphone atau HP dan pulsa.
“Sekarang, dengan hanya modal handphone dan pulsa sekedarnya kita bisa memiliki usaha yang bisa menghasilkan (uang) hari per hari, bahkan menit per menit kita bisa mendulang uang penghasilan dari kegiatan tersebut,” kata Bamsoet dalam Studium Generale di Universitas Terbuka, dikutip Senin (28/11).
Meski demikian, ia mengungkapkan untuk berwirausaha itu susah-susah gampang. Menurutnya, susah karena seseorang selalu diterjang keraguan dan malas, gampang karena semua ruang terbuka untuk usaha.
“Era modern sekarang ini, era digitalisasi itu sangat mudah untuk memulai usaha. Berbeda dengan zaman saya ketika memulai usaha itu harus ngurus IUP, TDP, NPWP harus punya kantor, punya sekretaris, punya pegawai dan tiap bulan mikir gaji,” imbuhnya.
Namun sekarang, kata dia, membangun usaha bisa dilakukan dengan dua pilihan, yakni dengan modal atau tanpa modal. Khusus tanpa modal, ia menyoroti dan membeberkan kemudahan berwirausaha di Bali.
“Kalau yang gak punya modal, gampang. Apalagi kalian yang tinggal di Bali, mata dunia selalu mengarah ke Bali. Kalian hanya modal handphone, keliling ke pasar-pasar seni, keliling ke toko oleh-oleh Krisna, tinggal masukin ke platform mau di Tokped atau Lazada, pasti pasar akan menghampiri Anda-Anda sekalian. Pembeli akan menghampiri tanpa modal. Orang pesan, mereka transfer, baru kita beli barangnya di pasar atau kita beli barangnya,” beber Bamsoet.
Selain itu, ia juga mencontohkan kemudahan berwirausaha lainnya dengan sistem kemitraan. Salah satunya, kata Bamsoet, seperti yang sudah dilakukan Ajik pemilik toko oleh-oleh Krisna di Bali.
Menurutnya, Ajik mampu membuka usaha toko oleh-oleh karena melakukan kerja sama dengan para home industri, petani, pengrajin yang mampu menyuplai barang-barang di tokonya. Bahkan, Bamsoet tak ragu menyebutnya hanya bermodal dengkul.
“Sebenarnya Ajik ini modal dengkul mengumpulkan barang-barang orang dari rumah ke rumah dari kampung ke kampung, taruh di tokonya, laku, potong komisi, bayar, selesai. Jadi beliau ini hanya modal gedung, belum tanahnya sewa dengan adat, bangunannya pinjam ke bank,” tuturnya. (*)
Editor : Dinarsa Kurniawan
Reporter : R. Nurul Fitriana Putri
Credit: Source link