JawaPos.com – Atmosfer konser musik band rock FSTVLST di Liberates Creative Colony, Jumat (13/1) malam, sungguh berbeda. Panggung musik rock yang biasanya didominasi penonton laki-laki justru tidak terjadi.
Khusus konser bertajuk Dara Setara tersebut, FSTVLST hanya mempersilakan perempuan yang jadi penontonnya. Bahkan, band yang dulu bernama Jenny itu memberikan keleluasaan para perempuan untuk membawa serta anaknya menonton konser perdana mereka tahun ini.
Vokalis FSTVLST Sirin Farid Stevy Asta mengakui, band itu lahir dalam ekosistem yang menurutnya sangat maskulin. Di Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja, mayoritas mahasiswa memang laki-laki.
’’Meskipun ini cenderung terburu-buru menyimpulkan, tapi saya pikir ekosistem yang membentuk kami, di mana kami be kerja itu sangat maskulin. Dan konteks proporsi kehadiran laki-laki lebih banyak daripada perempuan,’’ jelas Farid.
Sejak 2017, FSTVLST berhadapan dengan fenomena baru. Penonton perempuan mulai banyak yang hadir dalam pentas-pentas mereka. Meskipun dominasi penonton laki-laki masih terjadi, para penonton perempuan tersebut lantas menarik perhatian, tidak bisa diabaikan begitu saja. Lalu, muncullah tema Dara Setara untuk menghormati penonton perempuan.
’’Kenapa ya, kenapa kemudian banyak perempuan menonton FSTVLST. Kemudian mulai nyaman menghadiri musik rock. Seturut itu, banyak diskursus,’’ ujar Farid.
Fenomena perempuan di ruang konser rock yang didominasi laki-laki menggembirakan sekaligus memunculkan banyak keresahan. FSTVLST mempertanyakan apakah ruang bagi penonton perempuan di konser sudah aman dan nyaman.
Farid lalu menggarisbawahi tantangan bagi perempuan yang hadir di pertunjukan musik, khususnya rock. Mulai cerita pelecehan seksual, sasaran kriminalitas saat menonton konser, hingga pada beberapa situasi di mana perempuan mendapatkan pandangan dan picingan mata yang tidak mengenakkan saat menonton konser musik rock.
Mengambil tajuk Dara Setara FSTVLST, Persembahan Sederhana untuk Para Perempuan Tercinta, konser tersebut berupaya menjawab keresahan-keresahan itu.
’’Kami berharap para perempuan kami (anak, istri, dan partner, Red) mendapatkan ruang yang aman dan nyaman di pentas musik yang mereka hadiri. Ya, berarti kami mulai dari diri sendiri,’’ ujar Farid.
Konser spesial untuk perempuan itu diharapkan dapat menjadi kerja reguler yang berlanjut dan bisa terus dilakukan. Sebagai pembuka, konser tersebut juga menjadi proses pembelajaran bagi FSTVLST. Usaha kecil itu dinilai Farid sebagai upaya belajar saling menghormati.
’’Tujuan kami untuk mempelajari, sekali lagi band ini sayangnya masih diinisiatori laki-laki yang tidak tahu, belum tahu apa yang harus dilakukan dalam konteks keperempuanan dan di ruang publik, dan kami belajar banyak,’’ papar Farid.
Konser tersebut direspons positif penonton. Misalnya, Anastasia Tisa. Tisa terlihat membawa anaknya yang masih balita. Perempuan asal Jogja itu mengaku suami tidak keberatan atas hal itu.
’’Sebetulnya, udah vakum nonton konser musik karena ada bayi memang. Dia masih punya adik 2 tahun. Jadi, tiga tahun nggak pernah nonton konser,” ujar Tisa. ’’Tapi, liat posting-an FSTVLST, lalu aku putuskan beli tiketnya,’’ lanjut ibu dua anak tersebut.
TRIVIA
• FSTVLST berubah nama karena beberapa personel mengundurkan diri pada 2010.
• Sebanyak 220 tiket terjual di konser Dara Setara. Beberapa anak kecil ikut masuk ke venue acara mengikuti ibunya.
• Penonton konser semuanya perempuan. Ada penonton yang berasal dari luar Jogja. Di antaranya, Semarang, Probolinggo, Bali, Temanggung, Ponorogo, hingga Banyuwangi.
• Live painting Mutiara Riswari merespons lagu FSTVLST yang berjudul Akulah Ibumu. Dia dikenal sebagai pelukis yang mengusung filosofi Jagat Alit, tentang manusia, roh, dan alam semesta.
• Disediakan ruang laktasi bagi perempuan yang membutuhkan.
• Band DVY menjadi pembuka konser, beranggota dua dara yang berasal dari Makassar. Ada juga tari persembahan dari Sanggar Seni Kinanti Sekar dengan penari para ibu muda.
• FSTVLST memperhatikan lingkungan dengan menyediakan tempat sampah sesuai kategorinya, yakni plastik, kertas, dan organik. Hadirin diminta mematuhi.
• Acara selesai maksimal pukul 22.00 dan para perempuan dibuatkan grup WhatsApp untuk janjian apabila ada yang ingin pulang berbarengan.
Credit: Source link