DENPASAR, BALIPOST.com – Daya beli masyarakat Bali mulai terlihat membaik. Kondisi ini, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, terjadi sejak November 2020.
Dari perkembangan inflasi bulanan di Denpasar dan Singaraja, pada Desember 2020 mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,62 persen (mtm) dan 1,08 persen (mtm). Inflasi masih terjadi hingga Maret 2021.
Plt Koordinator Fungsi Statistik Distribusi BPS Provinsi Bali I Made Agus Adnyana, Kamis (1/4) mengatakan, pada Maret 2021, bertepatan dengan hari raya Nyepi, indeks perubahan harga juga mengalami inflasi. Denpasar dan Singaraja masing-masing mengalami inflasi sebesar 0,47 persen (mtm) dan 0,81 persen (mtm).
Secara kumulatif Januari-Maret 2021, Denpasar mengalami inflasi 1,04 persen, dan Singaraja 1,99 persen. Jika dibandingkan secara yoy, pada Maret 2021, Denpasar mengalami inflasi 0,52 persen (yoy) dan Singaraja 2,94 persen (yoy).
Kelompok penyumbang inflasi terbesar di Kota Denpasar yaitu dari kelompok makanan, sebesar 0,44 persen, pakaian 0,03 persen, dan perlengkapan rumah tangga sebesar 0,01 persen. Sedangkan di Singaraja, kelompok penyumbang inflasi terbesar juga kelompok makanan sebesar 0,83 persen, perumahan 0,02 persen, perlengkapan rumat tangga 0,01 persen.
Kelompok bahan makanan masih menjadi penyumbang inflasi, baik di Denpasar dan Singaraja. Meski sebagian besar komoditas dalam diagram timbang mengalami inflasi, ada komoditas yang mengalami deflasi.
Di Kota Denpasar, penahan laju inflasi yaitu mobil yang mengalami deflasi -0,06 persen emas perhiasan, bahan bakar rumah tangga, shampo, daging babi, susu bubuk untuk balita, sawi hijau, gelas minum, telur ayam ras, dan sawi putih.
Di Singaraja, penyumbang deflasi yaitu daging babi sebesar -0,04 persen, cabai merah -0,03 persen, daging ayam ras 0,03, emas perhiasan, bayam, telepon seluler, kangkung, cumi-cumi, bawang putih, dan buncis. (Citta Maya/balipost)
Credit: Source link