NEGARA, BALIPOST.com – Upaya untuk membantu perekonomian Krama dan Desa Adat melalui BUPda (Baga Praduwen Desa Adat) dilakukan Desa Adat Sumbersari dengan peternakan babi yang berbasis Krama. Usaha peternakan dengan konsep pemberian bantuan berupa bibit dan pakan, pendampingan dan pengawasan ternak menyasar krama adat ekonomi menengah ke bawah. Saat ini telah berjalan beberapa bulan, dan telah tersalurkan 40 ekor lebih di 13 peternak babi.
Bendesa Sumbersari, I Ketut Subanda, mengatakan usaha untuk Krama ini merupakan salah satu upaya menopang menambah pendapatan Krama yang disokong dari Desa Adat. Dalam usaha ini, krama adat yang akan beternak Babi tidak mendapatkan uang, melainkan barang dalam usaha ternak. Baik itu bibit, pakan hingga pelayanan selama beternak itu.
Pembayaran dilakukan setelah siklus beternak selesai (bayar panen). Hal ini berkaca pada masa pandemi, banyak warga yang terdampak dan menjadi peternak memanfaatkan lahan menjadi salah satu tambahan pendapatan. “Sekarang sudah jalan, dan Krama semangat menjadi peternak. Kita memberikan pendampingan, termasuk antisipasi wabah penyakit mulut dan kuku (PMK),” ujar Subanda.
Salah satu upaya antisipasi PMK dengan rutin membersihkan kandang juga menggencarkan penyemprotan disinfektan selain memperhatikan pakan babi yang berkualitas. Para anggota peternak diberikan pendampingan dan modal usaha. “Kami dampingi mulai dari awal usaha hingga penjualan.
Untuk mencegah penyakit juga ada pendampingan dari tim bupda. Pakan juga kami sediakan. Nanti itu semua diakumulasikan. Pendampingan agar usaha menghasilkan dengan maksimal juga tetap kami lakukan,” katanya.
Demikian juga peternak yang merugi juga diatur dalam perarem. Jika rugi karena wabah penyakit Bupda akan memberikan subsidi. Namun jika karena kelalaian dari peternak itu menjadi tanggung jawab peternak.
Subanda berharap para peternak di bawah Bupda Desa Adat Sumbersari bisa sukses. Meski wabah PMK tetap menjadi ancaman.
Diharapkan pasar lokal masih menjanjikan. “Rencana awal memang mau dikirim ke Jawa dan kami sudah cari relasi. Tapi situasi sulit seperti sekarang ini. Jadi kita menyasar pasar lokal. Kami juga berharap pihak terkait melakukan antisipasi untuk pencegahan agar ternak dari luar Bali tidak membawa wabah ke Bali,” pungkasnya.
Salah seorang peternak dari Banjar Sumbersari, Desa Melaya I Komang Latra Jana mengatakan untuk mencegah penyakit dia rutin menyemprot disinfektan di kandang. Bahkan untuk pengelolaan limbah dia membuat septic tank. “Masing-masing kandang saya buatkan septic tank. Saya punya 4 los penampungan babi. Sekarang lagi terisi 3 ekor indukan dan 13 babi usia 2 bulan. Jadi sejumlah itu saya buatkan septic tank karena ini untuk mencegah bau dan lalat. Juga menghindari penyakit,” jelasnya.
Dari pendampingan juga disediakan dokter dan segera diberikan obat-obatan. Untuk menghasilkan babi yang berkualitas dengan pertumbuhan yang baik, pihaknya sangat memperhatikan pakan babi. Jika dipelihara dengan baik 4 bulan sudah panen dan bisa mencapai berat 1 kwintal (100 kilogram). (Surya Dharma/balipost)
Credit: Source link