JawaPos.com – Faktor ketersediaan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) menjadi pekerjaan rumah untuk memasifkan kendaraan listrik. Sebab, fasilitas itu untuk meyakinkan calon konsumen. PT PLN pun berupaya untuk bisa menciptakan ekosistem yang layak bagi industri tersebut.
Ketua Komunitas Sepeda dan Motor Listrik Indonesia (Kosmik) Surabaya Bagus Waskita tak menampik bahwa infrastruktur menjadi salah satu penghalang tumbuhnya populasi kendaraan listrik. “Kami juga ingin punya infrastruktur seperti sepeda motor konvensional yang tersedia setiap 2 kilometer,” kata pria yang sudah mengendarai sepeda motor listrik sejak 2019 itu kepada Jawa Pos Jumat (23/12).
Untung, pengendara sepeda motor tidak punya kesulitan berarti saat harus mendadak mengisi baterai. Pria yang bekerja sebagai kurir tersebut bisa mencari SPKLU atau mampir ke kafe.
Sebab, daya yang diperlukan tak terlalu besar. Namun, kondisi itu berbeda cerita untuk mobil listrik. Dengan daya besar, kendaraan roda empat butuh alat pengisian yang khusus.
Karena itu, SPKLU menjadi kunci penting dalam membangun industri electric vehicle (EV). Executive Vice President Niaga dan Pemasaran PT PLN Munief Budiman mengatakan, perseroan berupaya mendorong ketersediaan infrastruktur kendaraan listrik di Indonesia.
“Dari 413 unit SPKLU yang sudah beroperasi di Indonesia, PLN sudah berpartisipasi dalam pembangunan 217 unit atau 52 persen dari total populasi,” ujarnya.
PLN juga sudah bekerja sama dengan agen pemegang merek (APM) kendaraan roda empat untuk memasangkan 580 stasiun pengisian pribadi alias home charging berdaya 30 ribu kilowatt hour (kWh). BUMN kelistrikan itu juga menyediakan electrical vehicle digital services (EVDS) sebagai sarana bagi masyarakat yang ingin beralih ke kendaraan listrik.
General Manager Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Timur Lasiran mengatakan, peran SPKLU memang vital. Terutama menjelang momen penting libur panjang seperti Natal dan tahun baru.
Dia menerangkan, PLN di setiap daerah sudah menggaet berbagai pihak untuk terus menambahkan suplai pengisian listrik. Dalam jangka pendek, PLN Jatim menargetkan bisa membangun jaringan SPKLU dengan jarak setidaknya setiap 100 kilometer di jalur protokol.
“Mulai tahun depan, kami berencana membangun dari Surabaya ke perbatasan Jawa Tengah maupun ke arah Banyuwangi bisa tersedia SPKLU minimal jarak 100 kilometer. Karena kita tahu mobil biasanya punya jarak tempuh 200 sampai 400 kilometer sekali pengisian,” paparnya.
Sementara itu, Direktur Pembinaan Pengusahaan Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jisman Hutajulu menyatakan, pemerintah dan PLN sudah merancang kebijakan yang dapat menarik investor ke dalam ekosistem kendaraan listrik berbasis baterai (KLBB). Pengusaha SPKLU yang berhasil mendapatkan izin usaha penyediaan tenaga listrik (IUPTL), jelas dia, bisa mendapatkan tarif tenaga listrik (TTL) curah dengan nilai Rp 714,07 per kWh.
Sedangkan TTL layanan khusus yang bisa dikenakan kepada konsumen yang mengisi bisa mencapai hingga Rp 2.475 per kWh. Dengan margin antara 50–240 persen, Jasmin optimistis pelaku usaha tertarik menanamkan modal.
Credit: Source link