JawaPos.com – Pasar merupakan urat nadi perekonomian Indonesia di mana perputaran roda perekonomian pada suatu wilayah terjadi. Ketua Umum Perbarindo Joko Suyanto mengatakan, pelaku pasar merupakan mitra strategis bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Terbukti, lebih dari 50 persen pemilik rekening BPR adalah pelaku pasar. “Upaya menjaga pasar untuk tetap hidup dan berkembang sangat penting,” ujarnya, Senin (28/9).
Sehingga mendorong Gerakan Pakai Masker (GPM) fokus menjadikan pasar sebagai salah satu khalayak sasar dalam edukasi dan sosialisasi penggunaan masker. Selain itu, GPM juga menaruh perhatian pada keberlangsungan perkembangan pasar tradisional di era pandemi terkait dengan program digitalisasi.
Ketua Umum GPM Sigit Pramono mengatakan, menurut ahli, pandemi Covid-19 telah mendorong berkembangnya empat mega shift dalam perilaku konsumen, yaitu munculnya solidaritas sosial, digitalisasi, kecenderungan bekerja dari rumah dan masyarakat yang akan fokus untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
Menurutnya, perubahan perilaku konsumen yang bekerja dari rumah dan berkembangnya sistem digital itu nantinya akan memunculkan sistem perekonomian baru, yaitu low touch economy, di mana interaksi langsung atau kontak fisik akan berkurang. Dengan demikian akan timbul kebiasaan baru yaitu cashless society, dimana masyarakat mengurangi penggunaan uang tunai dalam bertransaksi.
“Pelaku usaha harus siap dengan keadaan ini. Semua bisnis harus menuju kearah digital, baik pelaku pasar rakyat, perbankan maupun bisnis lain,” tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Hubungan Kelembagaan PT Bank Negara Indonesia Sis Apik menyebutkan bahwa tahap awal yang harus disiapkan adalah sistem pembayarannya. Saat ini beberapa pasar telah menggunakan sistem pembayaran secara elektronik.
“Setelah sistem pembayarannya siap, pelaku pasar harus membangun digital ekosistem. Ke depan, semua pelaku pasar harus dibangun ke arah itu. Selain mengurangi sentuhan fisik dan jaga jarak, menggunakan aplikasi ini lebih aman dan efisien, lebih mudah dikontrol serta meminimalkan tindakan kriminal,” jelasnya.
Ekonom Senior Indef Aviliani menambahkan, pandemi mempercepat transformasi di seluruh bidang, begitu pula dengan pasar. Pasar akan mengalami distorsi yang besar, kebiasaan digitalisasi tidak akan berubah setelah pandemi berlalu. Hal ini dikarenakan masyarakat lebih cerdas, mendahulukan keamanan dan kenyamanan.
“Keberadaan pasar tetap ada, kegiatan transaksi dilaksanakan secara digital dan pasar itu sendiri diarahkan untuk tujuan wisata. Karenanya pasar harus berbenah menjadi tempat yang aman dan nyaman. Ini salah satu upaya agar pelaku pasar seperti kuli panggul tidak kehilangan pekerjaan,” tutupnya.
Editor : Banu Adikara
Reporter : Romys Binekasri
Credit: Source link