PANDEMI Covid-19 selama dua tahun terakhir menyebabkan banyak pelaku UMKM rontok. Mereka tidak mampu berproduksi seperti sedia kala.
Pundi-pundi keuntungan berbalik menjadi kerugian dan harus gulung tikar. Namun, tidak demikian dengan Teh Herbal ‘Dewiti’ asal Yogyakarta yang diproduksi CV Dewi Makmur beralamat Gg. Randhim, Tegal Kenanga, Tirtonirmolo, Kec. Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Aneka teh herbal yang diproduksi sejak tahun 2008 ini terus berkibar. Sebut saja teh celup angkak, teh celup daun jati cina, teh celup daun kelor, teh celup daun manggis dan teh celup daun sirsak Terlebih sejak mengikuti pendampingan dari Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) malah mampu ‘panen’ cuan berkat pemasaran digital melalui marketplace dan media sosial yang dimiliki.
“Al-hamdulilah ada berkah dan hikmah dari pandemi Covid-19. Pesanan teh herbal terutama yang mengandung jahe, sereh sampai teh hitam mengalami lonjakan signifikan. Ada juga wedang uwuh karena sempat booming teh herbal baik untuk ketahanan tubuh dan kesehatan. Kenaikannya mencapai 70 persen melalui pesanan online,” kata Herdiana Dewi Utari atau akrab disapa Dian saat berbincang dengan media di lokasi produksinya, Senin (11/4).
Dian menjelaskan sampai saat ini pemasaran produknya sudah tersebar di sejumlah super market di Jabotabek, Bogor dan Bandung. Selain itu, ada agen di Riau dan sebagian besar dipasarkan melalui market place dan media sosial seperti facebook, twitter hingga instagram.
“Sebelum pandemi tim pandemi dari YDBA menyarankan perubahan desain dan kemasan. Lalu, merambah pemasaran digital. Awalnya, saya hanya punya website dan tidak terurus. Lalu membentuk tim digital marketing yang mulai posting di kanal Youtube, instagram sampai Tik-Tok mengenai semua produk Teh Herbal Dewiti,” ungkap Dian.
Dian menambahkan berkat pelatihan di bidang digital ini membuat usahanya mampu bertahan dan diharapkan lebih baik lagi usai pandemi Covid-19 sirna. Namun, untuk memulai dan mengembangkan usahanya terbilang tidak mudah dan harus menjalani tahapan demi tahapan yang telah ditentukan Tim dari YDBA.
“Saya memulai usaha rumah tangga kecil-kecilan di tahun 2008 dengan memproduksi teh herbal rosela. Pada saat itu teh rosela lagi booming dan pada tahun 2010 mulai membentuk CV untuk mengembangkan usaha,” imbuh Dian.
Dian menceritakan pada awal produksi harus mengeluarkan modal sampai Rp20 juta dan memasarkan produknya dari toko ke toko. Bahkan, terkadang membutuhkan modal besar untuk membeli bahan baku.
Credit: Source link