MANGUPURA, BALIPOST.com – Beberapa komoditi pertanian mendapat perhatian serius dari pemerintah, salah satunya adalah bawang merah. Bawang merah merupakan produk unggulan nasional yang keberadaannya sering memicu inflasi. Hal tersebut dikarenakan bawang merah tidak tersedia sepanjang tahun, produksi bawang merah lebih tinggi di musim kemarau sedangkan di musim hujan produksi menurun.
Ketersediaan produksi bawang merah yang pada bulan-bulan tertentu, khususnya di musim hujan yang kurang tersedia akan mempengaruhi harga. Akibatnya, para petani enggan untuk menanam bawang merah, karena memang risikonya tinggi apalagi saat musim hujan.
Untuk itu, pemerintah Kabupaten Badung melalui Dinas Pertanian dan Pangan, mulai mencarikan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dalam hal ini, Dinas Pertanian, mencoba mengembangan pertanian bawang merah dalam bentuk Demontration Plot (Demplot) serta saat musim hujan, dengan sistem sungkup. Demplot yang dikembangkan di Subak Sengempel, Desa Bongkasa, Abiansemal Badung ini, menggunakan lahan seluas 0,5 Ha.
Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung, I Wayan Wijana, dari hasil Demplot yang dikembangkan di Subak Sengempel ini, ternyata hasilnya cukup bagus. Melalui ini, pihaknya berharap para petani yang terlibat dalam demplot ini, memiliki pengalaman untuk pengembangan budidaya bawang merah.
“Seperti diketahui bersama, bawang merah merupakan salah satu komoditi yang sering menjadi pemicu inflasi selain juga cabai. Selama ini, para petani enggan untuk menanam bawang merah karena memang resikonya tinggi apalagi saat musim hujan,” kata Wijana saat ditemui usai panen bawang merah di Subak Sengempel, Desa Bongkasa, Abiansemal, Badung, Jumat (10/2).
Lebih lanjut dikatakan Wijana, terkait hasil panen ini, selain nantinya dapat dijual untuk meningkatkan kesejahteraan petani, sebagian dari hasil panen ini juga diharapkan dapat disisihkan, yang nantinya bisa dijadikan bibit. “Hasil panen hari ini cukup bagus. Ini selain nantinya bisa untuk meningkatkan kesejahteraan petani, sebagian hasilnya.juga dapat disisihkan dan bisa digunakan sebagai bibit pada penanaman selanjutnya,” harapnya.
Dengan kondisi pasar untuk komoditi bawang merah yang selama ini mengalami fluktuasi, kedepan pihaknya berharap, para petani bisa terus mengikuti perkembangan pasar. Yang mana saat ini harga cabai, harga bawang cukup tinggi. Tentu disana petani harus bisa menyediakan komoditi sesuai kebutuhan Pasar, sehingga bisa memberikan manfaat lebih untuk petani.
Demplot pada tahun 2022 melalui anggaran APBD perubahan tahun anggaran 2022, memanfaatkan lahan seluas 0,5 Ha. Dalam pelaksanaan Demplot bawang merah ini, turut melibatkan petani pelaksana demplot sebanyak 7 orang.
Dalam pengembangannya, petani diberikan bahan-bahan untuk demplot bawang merah berupa benih bawang merah, kapur pertanian, pupuk organik, pupuk NPK, pupuk ZA, Insektisida, fungisida, mulsa hitam, plastik UV, bambu dan pelobang mulsa.
Selain itu, juga didampingi pihak dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali. Dari hasil pelaksanaan demplot seluas 0,5 HA, telah dilakukan ubinan untuk mengetahui estimasi produksi bawang merah hasil dari pelaksanaan demplot. Dari Ubinan ini, diketahui dengan produksi untuk luasan 0,5 HA, menghasilkan sebanyak sebanyak 7.200 Kg (umbi basah), yang setara dengan 4.320 KG (umbi kering).
Selanjutnya, pada APBD tahun 2023, Kabupaten Badung dalam rangka perluasan areal tanam tanaman Bawang merah, juga dilaksanakan kegiatan pengembangan bawang merah seluas 1 Ha yang berlokasi di kecamatan mengwi kegiatan tahun 2023. (Adv/balipost)
Credit: Source link