JawaPos.com – Pandemi Covid-19 masih membayangi anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) tahun ini. Hingga November lalu, APBN mencatat defisit Rp 883,7 triliun. Angka itu setara dengan 5,6 persen produk domestik bruto (PDB).
“Defisit Rp 883 triliun menunjukkan kenaikan defisit yang sangat besar jika dibandingkan dengan tahun lalu,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam jumpa pers virtual Senin (21/12).
Dia menyebutkan, pendapatan negara tercatat Rp 1.423 triliun. Belanja negara mencapai Rp 2.306,7 triliun. Belanja negara cukup tinggi karena pemerintah menggelontorkan anggaran penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional (PC-PEN) yang mencapai Rp 695,2 triliun.
“Belanja itu tumbuh 20 persen bila dibandingkan dengan tahun lalu,” ungkap menteri perempuan yang akrab disapa Ani tersebut.
Untuk menggenjot penerimaan, pemerintah memang harus bekerja ekstrakeras. Ani memerinci bahwa penerimaan pajak hingga November 2020 masih mengalami kontraksi 18,55 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Pemerintah merevisi pertumbuhan ekonomi 2020 menjadi -2,2 persen hingga -1,7 persen. Angka tersebut jauh lebih rendah daripada proyeksi sebelumnya. Yakni, tumbuh pada kisaran -1,7 persen sampai 0,6 persen. Revisi proyeksi itu sejalan dengan Asian Development Bank (ADB) dan Bank Dunia.
REALISASI APBN (PER NOVEMBER 2020)
Pendapatan Negara: Rp 1.423 triliun
(63,7 persen dari target APBN awal atau 83,7 persen dari target APBN Perpres 72/2020)
Belanja Negara: Rp 2.306,7 triliun
(90,8 persen dari target APBN awal atau 84,2 persen dari target APBN Perpres 72/2020)
Defisit: Rp 883,7 triliun
(5,6 persen terhadap PDB)
Sumber: Kemenkeu
Credit: Source link