JawaPos.com – Penyebab kelangkaan minyak goreng (migor) di minimarket di Jabodetabek akhirnya terungkap. Berdasar hasil penelusuran Satgas Pangan Polri, fenomena itu terjadi akibat tingginya pembelian minyak goreng di tingkat konsumen dan distribusi yang lambat.
Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dirtipideksus) Bareskrim Polri Brigjen Whisnu Hermawan mengatakan, saat ini memang terjadi fenomena kekosongan minyak goreng di minimarket. “Kondisi itu telah dipelajari oleh Satgas Pangan Polri,” terang Wakasatgas Pangan Polri tersebut.
Dari temuan petugas, minimarket menjual minyak goreng sesuai harga eceran tertinggi (HET) Rp 14 ribu per liter. Hal itu membuat masyarakat sangat antusias memborong minyak goreng. ’’Jadi, banyak yang membeli di minimarket,’’ tuturnya.
Kondisi itu diperparah dengan distribusi minyak goreng di tingkat minimarket. Dengan jadwal antara dua hari sekali hingga empat hari sekali. ’’Sehingga, bisa dibilang ada keterlambatan untuk mengirim stok minyak goreng,’’ ujarnya.
Whisnu menerangkan, untuk mengendalikan permintaan minyak goreng, perlu dilakukan pembatasan pembelian. Satu orang hanya diperbolehkan membeli satu liter minyak goreng. ’’Warga ini memilih membeli di minimarket karena harganya lebih murah sesuai HET. Dibanding membeli di pasar tradisional dengan harga yang lebih tinggi,’’ jelasnya.
Meski demikian, Whisnu menyebut kelangkaan itu hanya terjadi di minimarket. Stok minyak goreng di supermarket dipastikan cukup aman. Harganya juga sesuai dengan HET yang ditentukan pemerintah. ’’Sudah kami cek,’’ terangnya.
Credit: Source link