JawaPos.com – Pemerintah terus mendorong proyek pembangunan di tengah pandemi Covid-19. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) pun mendorong industri baja nasional. Pasalnya, baja adalah salah satu komponen dalam setiap proyek infrastruktur.
Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Taufiek Bawazier mengatakan, di era covid semua negara berupaya mencari cara agar permintaan di industri baja meningkat. Contohnya, Amerika Serikat (AS). Di sana pelaku industri menyurati parlemen agar mengeluarkan semacam infrastruktur bill yang tujuannya adalah untuk mendorong industri baja.
“Semua pada saat covid hampir seluruh industri (baja) ini mengalami slow down dan kemudian banyak dijumpai tenaga kerja yang mungkin dijaga, agar tidak kena PHK. Ini satu upaya yang besar, jadi distruption dari supply chain secara global,” ujar Taufiek Bawazier dalam keterangan persnya, Jumat (2/10).
Taufiek menyebut, negara-negara yang berkonsentrasi di industri baja, menggunakan skema stimulus untuk membangkitkan industri baja nasionalnya. Dengan skema stimulus itu diharapkan adanya pertumbuhan permintaan baja. Sikap serupa juga dilakukan Tiongkok. Negara tersebut mengeluarkan bounce sampai sekitar USD 326 miliar.
Dia menambahkan, jika dilihat dari peta dunia, 52 persen pengguna baja itu di sektor konstruksi dan bangunan. 16 persen di equipment/machining, 12 persen di sektor otomotif, 10 persen di house hold, dan 3 persen di sektor lainnya seperti alat elektronik. “Ini adalah gambaran besar mengapa infrastruktur menjadi penting untuk didorong dana pemerintah.
Selain itu, instrument lain yang tak kalah penting dalam memperkuat industri baja nasional adalah SNI produk baja dan peningkatan TKDN. Taufik menilai secara teknik, SNI merupakan instrument yang cukup bagus untuk membendung, impor-impor produk yang dihilir.
Vice President PT Tata Metal Lestari Stephanus Koeswandi mengatakan, strategi pelaku usaha dalam menjaga industri baja nasional dalam percepatan infrastruktur di masa pandemi seperti sepak bola. Yakni, bertahan dan menyerang.
ada 2 strategi yang dapat dilakukan pengusaha dalam kondisi ini. Yang pertama adalah strtegi bertahan dan maju atau menyerang.
Bertahan, yakni menjaga kesehatan dan keamanan kerja di lingkungan industri baja nasional, dan menjaga perekonomian dan memproteksi industri baja nasional dari baja impor.
Adapun strategi maju ke depan yakni mempercepat inovasi dalam industri baja, inovasi berbasis metal secara berkesinambungan, kemudian meningkatkan standard dan yang terakhir memperkuat UMKM dan IKM khususnya untuk baja konstruksi.
Stephanus menambahkan, baja merupakan Mother of Industry, dari sebuah negara. Karenannya ia berharap dukungan untuk dapat menjaga dan meningkatkan standarisasi di industri ini.
Salah satunya dengan spercepatan kebijakan wajib SNI khususnya untuk profil baja ringan guna melindungi industri baja dalam negeri dari produk impor.
Saksikan video menarik berikut ini:
Credit: Source link