Ilustrasi dosen (foto: Google)
Jakarta – Sistem pembelajaran di dalam kelas terus mengalami perubahan, seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi saat ini. Dan dampaknya, dosen dituntut pula untuk menyesuaikan diri atas perubahan-perubahan tersebut.
Rektor Universitas Paramadina Prof. Firmanzah, PhD mengatakan, dulunya peran seorang dosen di dalam kelas sangat sentral. Namun metode itu sudah tidak bisa lagi diterapkan untuk mengajar mahasiswa dari generasi milenial.
“Dulu dosen sentrik, sekarang apa yang bisa dikembangkan oleh dosen dari mahasiswanya. Jadi ada tantangan pergeseran cara mengajar,” kata Firmanzah dalam ‘Seminar: Menyiapkan Dosen Masa Depan’, Kamis (19/4) di Jakarta.
Firmanzah menerangkan, dewasa ini juga terdapat perilaku dan ekspektasi baru dari masyarakat terhadap dunia pendidikan. Pendidikan yang diinginkan diharapkan cepat, praktis, dan sederhana, namun tetap berkualitas.
Metode kuliah tanpa tatap muka, salah satunya. Di era digital, berkuliah tanpa ruangan kelas merupakan hal memungkinkan. Hanya saja, dosen harus dibekali keahlian ini supaya bisa beradaptasi dengan baik.
“Tantangannya apakah dosennya cukup familiar dengan diskusi online, sehingga bisa memenuhi ekspekstasi mahasiswanya. Dosen bukan sebagai teacher, tapi fasilitator,” terangnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia, Prof. Ibnu Hamad. Menurutnya, saat ini sudah bukan zamannya lagi dosen membawa buku ke dalam kelas, lalu belajar halaman per halaman.
Dosen ‘zaman now’, kata Ibnu, tidak bisa lagi mendikte mahasiswa dalam pembelajaran. Melainkan menjawab materi apa yang dibutuhkan oleh mahasiswa, serta mengaplikasi konsep yang dipelajari di dalam kelas.
“Pembelajaran sekarang tidak bisa banyak-banyak lagi. Sekarang diskusi dan aplikasikan buku ke dalam bidangnya,” ujar Ibnu.
Sementara Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) Ali Ghufron Mukti menerangkan, setidaknya dosen saat ini harus meningkatkan kemampuan menulis dan membaca (writing and reading).
Sebab, pada kenyataannya banyak ditemui pengetahuan menulis dosen masih lemah, akibat tidak terbiasa menulis sejak kecil hingga menjadi mahasiswa. Padahal, menurut Ghufron, ini merupakan keahlian yang sangat penting bagi seorang dosen.
“Di banyak negara, anak-anak itu 10 tahun atau SD disuruh menulis apa yang dialami. Kita susah sekali menulis,” tutur Ghufron.
TAGS : Pendidikan Dosen Teknologi Informasi
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/32836/Dosen-Dituntut-Beradaptasi-dengan-Perubahan/