JawaPos.com – Beberapa waktu belakang, pemerintah Tiongkok terus disudutkan dengan isu muslim Uighur di Xinjiang. Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia Lu Kang mengatakan, masih banyak yang salah paham soal keberpihakan pemerintah Tiongkok terhadap umat Islam di sana.
Secara khusus Dubes Lu Kang hadir di Pesantren Luhur Al-Tsaqafah di Ciganjur, Jakarta pada Sabtu (31/12). Dia menghadiri acara refleksi akhir tahun 2022 yang diselenggarakan Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI). Acara itu juga dihadiri Ketua Umum LPOI Said Aqil Siroj.
“Masih ada yang salah paham soal etnis Uighur di Xinjiang,” katanya. Dubes Lu Kang menuturkan, Tiongkok sama seperti Indonesia. Yaitu menjalankan semangat Bhineka Tunggal Ika. Dia mengatakan pemerintah Tiongkok menjunjung tinggi keragaman etnis, suku, bahasa, agama rakyatnya.
Dia menegaskan Tiongkok adalah negara beragam suku budaya dan penuh toleransi. “Tiongkok berpenduduk 1,4 miliar jiwa. Sangat beragam, ” jelasnya. Bahkan antara penduduk Tiongkok di sisi selatan, utara, pesisir, pedalaman, perkotaan, dan pedesaan begitu berbeda-beda.
Menurut Dubes Lu Kang isu negatif soal umat Islam Uighur sengaja dihembuskan pihak lain. Khususnya yang ingin menjauhkan hubungan erat antara Tiongkok dengan umat Islam. Dia menjelaskan pemerintah Tiongkok tidak ada masalah dengan umat Islam. Bahkan banyak pelajar muslim dari Indonesia mendapatkan beasiswa kuliah di negara Tiongkok.
Sementara itu Said Aqil Siroj menyebutkan bahwa umat Islam di Tiongkok begitu besar. Dia memperkirakan jumlahnya mencapai 60 juta jiwa. Sementara catatan resmi pemerintah Tiongkok sekitar 30 juta jiwa. Said secara khusus menyampaikan apresiasi kepada pemerintah Tiongkok yang merawat dengan baik makam sahabat Nabi Muhammad bernama Sa’ad Bin Abu Waqqash di Guangzhou. “Makamnya sangat asri. Banyak pepohonan,” katanya.
Said mengatakan Indonesia dan Tiongkok adalah dua bangsa besar yang memiliki hubungan erat sejak masa lalu. Misalnya penyebaran agama Islam di nusantara pada masa lalu, juga diwarnai peran ulama asal Tiongkok. Menurut dia pesan Islam yang di awa oleh ulama-ulama Tiongkok membawa semangat damai, maju, dan beradab. Semangat tersebut lantas ikut mewarnai karakter Islam nusantara.
Said menceritakan sistem pengajaran pesantren di Indonesia yang berbasis kitab-kitab klasik atau kitab kuning, juga dia jumpai di Tiongkok. Manuskrip kitab kuno yang sampai saat ini tersimpan rapi di masjid-masjid di Tiongkok, juga memiliki cara baca yang sama dengan kitab klasik di Indonesia.
Credit: Source link