DENPASAR, BALIPOST.com – Manggis merupakan salah satu komoditas ekspor Bali. Namun ekspor manggis sering kali terhambat karena serangan OPT semut hitam dan kutu putih.
Hama ini kerap dipermasalahkan oleh China sebagai pasar terbesar manggis Bali selama ini. Sebagai implementasi visi Gubernur Bali “Nangun Sat Kerthi Loka Bali”, UPTD. Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Bali memberikan penanganan OPT (Organisme Penggangu Tanaman) dengan pestisida nabati dan agens hayati.
Kepala UPTD. Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Bali Ir. Nyoman Suastika, M.Si., Rabu (11/11) mengatakan, pihaknya berupaya mendorong produksi komoditas pertanian yang sehat, berdaya saing dan ramah lingkungan. Sehingga mampu memenuhi kebutuhan pasar baik dalam negeri maupun ekspor.
Menurutnya, produk yang sehat berasal dari cara budidaya dengan mempergunakan bahan baku yang sehat. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapainya, dengan pembentukan klinik PHT (Pengendalian Hama Terpadu) dan memberikan fasilitas sarana pra sarana Klinik PHT. “Pengelolaan budi daya maupun pengendalian OPT harus memperhatikan dampaknya pada lingkungan dan keamanan pangan konsumen,” imbuhnya.
Salah satu Klinik PHT didirikan di Kelompok Tani Batur Gunung, Desa Jelijig Punggang, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan, Bali. Selain itu, ia juga memberikan sejumlah fasilitas klinik PHT yang diterima Kelompok Tani Batur Gunung. “Sarana prasarana ini digunakan untuk membuat pestisida nabati dan agens hayati,” jelasnya.
Petugas yang membimbing adalah Koordinator Laboratorium Pengamatan dan Peramalan Hama Penyakit (LPHP) Celuk. Sementara para pelatih sudah mendapatkan pelatihan sebelumnya dari Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Jatisari, Karawang, Jawa Barat.
Suastika mengapresiasi antusiasme petani serta dedikasi petugas yang tetap bersemangat di masa pandemi Covid-19. “Petugas sangat berjasa dalam membantu petani menyiapkan bahan pengendali OPT maupun memberikan arahan terkait pembuatan agens hayati. Saya harap petani yang berkumpul tetap menerapkan protokol kesehatan dengan menggunakan masker dan mengikuti arahan jaga jarak,” ujarnya.
Ketua Kelompok Tani Batur Gunung I Wayan Rudiana mengatakan, sejak mendapatkan sarana prasarana klinik PHT, para petani dilatih mempraktikkan pembuatan pestisida nabati dan agens hayati. Seperti Trichoderma sp., Beauveria bassiana, Metarhizium anisopliae, Paenibacillus, dan Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR). (Adv/balipost)
Credit: Source link