DENPASAR, BALIPOST.com – Menghadapi perkembangan dunia digital yang begitu pesat, Gubernur Bali Wayan Koster telah mendorong generasi muda Bali untuk dapat menjadi cakap digital atau manusia yang unggul dalam hal penguasaan dan pemanfaatan teknologi untuk kesejahteraan krama Bali. Salah satu program untuk menunjang visi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali”, Pemerintah Provinsi Bali sengaja menggelar Bali DigiFest 2022 bertepatan dengan perayaan Rahina Tumpek Landep melalui Upacara Jana Kerthi beberapa bulan lalu.
Tujuannya untuk memuliakan umat manusia dan membangun manusia Bali yang unggul dan berkualitas secara individu. Lalu, seberapa besar digitalisasi dapat menunjang kreativitas generasi muda di Bali di era saat ini?
Direktur Brown Bag Films Bali, Daniel Harjanto pada Dialog Merah Putih Bali Era Baru bertema “Digitalisasi Penunjang Kreativitas Generasi Muda di Bali Memperkuat Nangun Sat Kerthi Loka Bali” di Warung Coffee 63 Jl. Veteran, Denpasar, Rabu (20/7) mengatakan generasi muda saat ini hampir sebagian besar waktunya digunakan untuk menyaksikan berbagai konten hiburan di media sosial. Hal ini mestinya harus dimanfaatkan oleh pemerintah untuk memfasilitasi mereka guna mengembangkan kreativitas di dalam dunia digitaliasai. Hal ini telah mulai dilakukan oleh Gubernur Bali, Wayan Koster.
Sebab, penting bagi generasi muda menuangkan ide dan kreativitas mereka dengan memanfaatkan teknologi untuk bisa mempertahankan kebudayaan lokal berbasis digital. Dikatakan, apabila kita bisa menciptakan proses digitalisasi dari hulu sampai ke hilir yang menggunakan platfom untuk menyampaikan nilai-nilai budaya kita, itu akan jauh lebih mudah daripada memaksakan seseorang atau generasi muda untuk melakukan hal yang tidak disukai.
Namun, apabila mereka dapat menyerap nilai-nilai budaya secara tidak disadari masuk dalam bawah sadar mereka, ini akan lebih berhasil dibandingkan melakukan hal yang diatur dengan ketat. “Biarkan mereka berkembang sesuai dengan minat mereka masing-masing. Saya kira wahana yang paling baik ya memang melalui media, karena media ini sangat mudah untuk masuk ke dalam mereka. Hal ini akan menjadi daya tarik yang signifikan,” ujar Daniel Harjanto
Dengan lahirnya berbagai kreativitas digital, Daniel mengatakan akan bisa menciptakan lapangan pekerjaan. Seperti halnya dalam industri animasi yang merupakan suatu industri padat karya, bisa menciptakan banyak lapangan pekerjaan. Sebab, untuk membuat satu projek produk animasi membutuhkan 80 – 120 orang. Begitu juga dengan industri digital lainnya. Dengan demikian, apa yang menjadi tujuan pembangunan Pemerintah Provinsi Bali dengan visi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” akan bisa terwujud dengan dukungan dari kreativitas digitalisasi generasi muda di Bali.
Pelaku ekonomi kreatif yang juga Wakil Ketua Yayasan Widya Dharma Shanti Denpasar yang menaungi ITB Stikom Bali, I Made Marlowe Makaradhwaja Bandem, B.Bus., mengatakan bahwa saat ini semua orang tengah melakoni kehidupan dalam ruang lingkup revolusi industri 4.0. Kehidupan ini merupakan sebuah perkembangan yang mensyaratkan kita untuk mencari cara-cara baru dalam kehidupan. Apalagi, hal-hal yang berbau kecerdasan buatan hingga virtual reality tidak lagi ditampilkan dalam sebuah tayangan film, namun sudah menjadi kenyataan. Sehingga, bagaimana masyarakat bisa mengembangkan kebudayaannya dengan teknologi, informasi, dan komunikasi dalam konteks ekonomi kreatif.
Terlebih, berbicara mengenai perkembangan dunia digital sudah pasti berbicara mengenai perkembangan ekonomi yang tidak lagi bergantung pada sektor ekonomi pariwisata, ekonomi pertanian, dan sektor ekonomi lainnya. Namun, yang terpenting bagaimana sinerginya dengan perekonomian baru yang disebut dengan perekonomian kreatif yang didasari dengan kecanggihan dan kemajuan di bidang teknologi, informasi, dan komunikasi.
Pemerintah Provinsi Bali tengah mengembangkan konsep Ekonomi Kerthi Bali untuk mewujudkan Bali Berdikari dalam bidang ekonomi berlandaskan nilai-nilai filosofi Sad Kerthi, yang dibangun dan dikembangkan dengan menerapkan 11 prinsip. “Ini satu hal potensi yang dimiliki Bali, dan kita bersyukur sekali bahwa kita punya pimpinan Bapak Gubernur dan juga Bapak Wakil Gubernur mewakili kedua spektrum itu. Kalau kita lihat bahwa Bapak Wayan Koster adalah ilmuan yang bergerak di ranah logika, Bapak Cok Ace adalah seorang seniman mumpuni bergerak di bidang kreatif, sehingga perkalian dan kolaborasi antara dua pemikiran ini bisa menjadi sebuah keunggulan bagi Pulau Dewata yang kita cintai ini yang memang mempunyai begitu banyak kreativitas yang sangat unik. Ini menjadi sebuah potensi, tinggal sekarang bagaimana merelevansinya dengan perkembangan zaman saat ini,” tandasnya.
Pelaku Star-Up, I Ketut Adhi Apriana, S.Sn., M.Kn., mengaku bahwa dunia digitalisasi sangat prospek membantu anak muda Bali untuk berkreativitas. Dunia ini bisa menjadi pekerjaan untuk menghasilkan pundi-pundi penghasilan. Terlebih saat pandemi Covid-19.
Ia berterima kasih Gubernur Koster serius memperhatikan kreativitas digital generasi muda. Mulai dari memberikan arahan, kesempatan dan difasilitasi sehingga akan mampu memberikan dampak makro dan kontribusi dalam income bagi pendapatan Bali.
Dikatakan, dalam komunitas Remote Worker dan Komunitas Star-Up penghasilan anak-anak muda usia di bawah 30 tahun mencapai puluhan ribu USD dalam setahun. “Saya berharap pemerintah harus lebih memberikan perhatian, Saya lihat Bali memiliki potensi yang sangat besar sebagai destinasi melakukan pekerjaan sebagai remote worker,” harapnya. (Winatha/balipost)
Credit: Source link