Fami Fachrudin, Ketua FA-PII, Salah Satu Pendiri Gerindra, Ketua Presidium Kotak Hijau
Jakarta, Jurnas.com – Ketua Presidium Forum Alumni Pelajar Islam Indonesia (FA-PII) Fami Fachrudin menilai, aliran radikalisme dan ekstrimisme memang nyata ada di Indonesia. Ia bukan barang baru.
Buktinya, salah satu pendiri Partai Gerindra ini menyebut berbagai aksi teror dengan sangat mudah terjadi, termasuk serangan bom bunuh diri di Maporestabes Medan, Rabu (13/11/19) kemarin.
“Radikalisme, ekstrimisme ini memang nyata. Mulai dari yang mengajarkan pemahaman anti Pancasila hingga yang rela bom bunuh diri,” kata Fami dalam diskusi Jurnalis Merah Putih bertajuk `Menolak Lengah, Siluman Teroris Nyata` di Guntur 49, Jakarta Selatan, Kamis (14/11/19).
Fami yang dikenal sebagai pentolan senior PII menuturkan, kiprahnya di dunia aktivis justru banyak melalui kegiatan-kegiatan mengandung pemikiran ekstrimisme radikal.
“Ketika saya aktif di PII sekitar 1987, saya termasuk yang pada saat itu menolak azas tunggal Pancasila, jadi waktu itu saya termasuk orang yang dikejar-kejar oleh tentara,” ujar Fami.
Ia mengaku bisa memahami, bahwa bibit ajaran ekstrimisme radikal ini sudah tumbuh sejak lama. Mulai dari aliran ekstrim level tinggi seperti Jamaah Islamiyah, Jamaah Ansharud Daulah, ataupun aliran yang sekedar tampil di kancah politik yang tidak sampai pada aksi bom bunuh diri.
“Dan akhir-akhir ini kelompok radikal intoleran tersebut seperti mendapat angin, terutama saat muncul kasus penodaan agama oleh Mantan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (BTP/Ahok) beberapa waktu lalu,” jelas Fami yang pada Pilpres 2019 membentuk Relawan Kotak Hijau pendukung Jokowi-KH Maruf Amin.
Ketika kasus Ahok muncul, jelas Fami, para kelompok ekstrimisme seperti bersatu, mendapat angin untuk mengekspresikan pandangan-pandangan mereka.
“Karena mereka memang dari dulu ya begitu. Mereka memang “keras” ya dalam pandangan-pandangan keagamaannya,” terang Fami.
Meski demikian, dia menyebut bahwa kelompok 212 yang menggelar aksi besar-besaran menuntut Ahok dipenjara hanya keras dalam lisan saja, tidak mengarah kepada kelompok bersenjata.
“Mereka (kelompok 212) istilahnya bukan kelompok bersenjata atau kelompok yang melakukan bom bunuh diri, mereka bukan,” jelas Fami.
Adapun kelompok bersenjata yang rela bunuh diri itu, lanjut Fami, adalah kelompok yang lebih detil, lebih spesifik lagi ssperti Jamaah Islamiyah, Jamaah Ansharud Daulah.
“Mereka punya ideologi, semuanya Toghutlah kira-kira begitu. Kalau kayak 212 kan masih ikut pemilu, masih ada yang PNS, cuma beda politik aja kemarin,” pungkas Fami Fachrudin.
TAGS : Fami Fachrudin FA-PII Radikalisme
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin