Melansir laporan Financial Times, tawaran tersebut merupakan konsolidasi terbaru dalam industri suku cadang yang mengalihkan fokus bisnisnya dari mesin pembakaran internal ke kendaraan listrik.
“Bersama-sama, kami akan ditempatkan secara ideal untuk menanggapi perkembangan strategis yang mengubah industri kami,” kata kepala eksekutif Faurecia Patrick Koller dalam sebuah pernyataan kepada Financial Times, dikutip Senin.
Koller menyebut kombinasi kedua perusahaan merupakan kesempatan yang unik untuk memimpin teknologi otomotif di dunia.
Ia mengatakan penjualan mesin pembakaran internal oleh Faurecia akan berkurang 25 persen dari operasinya tahun lalu menjadi 20 persen pada awal tahun depan dan 10 persen pada tahun 2025.
“Kendaraan listrik akan terus meningkat. Ini adalah masa depan yang sangat jelas. Tidak hanya baterai kendaraan listrik tetapi juga bahan bakar hidrogen yang digunakan untuk menggerakkan motor listrik,” ujar Koller.
Pemimpin Hella, Jürgen Behrend, mengatakan kesepakatan dengan Faurecia akan menjamin masa depan perusahaan. Perusahaan yang dijalankan oleh keluarga Hueck ini akan memiliki 9 persen saham di Faurecia.
“Kerja sama ini memungkinkan peningkatan lebih lanjut dari posisi strategis bisnis, demi kepentingan Hella dan 36.000 karyawannya,” kata Behrend.
Ekspansi bisnis Faurecia diperkirakan akan memiliki omset tahunan sebesar 23 miliar euro atau sekitar Rp389 triliun tahun ini dan akan meningkat menjadi 33 miliar euro atau Rp558 triliun pada tahun 2025.
Melalui proyeksi tersebut, perusahaan mengatakan Faurecia akan menjadi pemasok peralatan mobil terbesar ketujuh di dunia yang berfokus pada tenaga listrik dan hidrogen untuk menyokong kendaraan otonom.
Baca juga: Faurecia harapkan produksi mobil di China normal Mei
Baca juga: Hella kembangkan komponen transparan penutup radar mobil
Baca juga: Tahun depan, Hella akan sasar pasar sepeda motor
Pewarta: KR-RKA
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021
Credit: Source link