KLHK Tutup Jalur Pendakian Bromo, Semeru, hingga Merapi
JawaPos.com – Sejak 1 Januari 2023, destinasi wisata Taman Nasional Karimunjawa ditutup akibat cuaca buruk dan gelombang tinggi air laut. Namun, saat ini situasinya perlahan membaik meski aktivitas pariwisata belum dibuka.
Aktivitas pariwisata di Karimunjawa ditutup sementara karena cuaca buruk dan gelombang tinggi dapat membahayakan masyarakat.
”Penutupan dilakukan hingga cuaca kembali membaik,” kata Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Nandang Prihadi.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, berdasar prakiraan per kemarin (5/1), kondisi cuaca dan gelombang perairan di wilayah Karimunjawa sudah lebih kondusif. Dengan kondisi itu, menurut Deputi Meteorologi BMKG Guswanto, kapal-kapal dengan ukuran tertentu sudah dapat berlayar. Namun, untuk kapal-kapal dengan ukuran gross ton kecil atau seperti kapal nelayan, cuaca masih berpotensi membahayakan.
”Prakiraan cuaca itu hari demi hari berganti. Nah, kemarin untuk Karimunjawa itu sudah bisa dilalui. Saat ini, untuk di wilayah Jateng yang berstatus siaga itu pindah ke perairan Laut Jawa bagian selatan, bukan di tengah atau Karimunjawa,” bebernya.
Sementara itu, TNI-AL mengerahkan KRI Makassar-590 untuk membantu masyarakat di Kepulauan Karimunjawa. Kapal perang landing platform dock (LPD) itu berlayar dari Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, kemarin pagi. ”Laporan Koarmada II, KRI Makassar-590 bertolak jam 07.45,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI-AL (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Julius Widjojono.
Cuaca ekstrem yang terjadi di sekitar perairan Karimunjawa membuat pasokan bahan bakar minyak (BBM) di sana terganggu. Karena itu, TNI-AL melaksanakan operasi militer selain perang (OMSP) dengan mengirim KRI Makassar-590 sesuai arahan dari Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali. Dari Semarang, secara keseluruhan ada 20 truk tangki milik PT Pertamina yang dikirim menggunakan kapal milik TNI-AL.
Selain BBM, KRI Makassar turut mengirim ribuan paket bahan makanan seperti sembako. Kemudian, bantuan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Ada juga bantuan genset milik PT PLN, kendaraan taktis, serta alat berat yang dibutuhkan untuk membantu masyarakat.
Dilansir dari Radar Semarang, total 100 kiloliter BBM dikirim ke Pulau Karimunjawa kemarin pagi. Perinciannya, 65 kiloliter biosolar, 30 kiloliter pertalite, dan 5 kiloliter dexlite.
Area Manager Communication, Relations & Corporate Social Responsibility (CSR) Patraniaga Jawa Bagian Tengah Brasto Galih Nugroho mengatakan, BBM tersebut dikirim menggunakan 20 tangki milik Pertamina. Masing-masing berkapasitas 5 kiloliter. Pengiriman tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan di Karimunjawa yang sedang mengalami krisis BBM. Saat ini stok yang masih ada di sana tinggal BBM jenis dexlite.
Stok untuk biosolar dan pertalite sudah menipis dan sudah masuk dead stock. ”Artinya, stok masih ada, tapi tidak bisa dijual, sekitar 800 sampai 900 liter. Yang masih tersisa sedikit adalah dexlite, sekitar 400 liter, itu data kemarin (Rabu, Red),” terangnya di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang.
Brasto menambahkan, pengiriman reguler BBM ke Karimunjawa menggunakan SPOB Liang Indah yang biasanya untuk memenuhi kebutuhan di Karimunjawa selama 10 hari hingga dua minggu. Jumlahnya sebanyak 90 kiloliter. Jumlah tersebut hampir sama dengan rata-rata yang dikirim sekarang ini.
Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah Sujarwanto menyatakan, krisis BBM di Karimunjawa sudah terjadi sejak 29 Desember 2022. Menurut dia, krisis yang sebenarnya bukan persoalan pangan, melainkan BBM. ”Hari ini (kemarin, Red) kita mengisi untuk proyeksi BBM selama 15 hari ke depan. Harapannya, setelah 15 hari, tanker yang ada di sini bisa berkirim secara reguler,” katanya.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan, bantuan kapal perang sangat membantu pengiriman pasokan BBM di remote area yang terkendala cuaca dan gelombang tinggi. Seperti halnya Pertamina yang armada pengangkutnya tidak bisa berlayar karena gelombang tinggi. Dengan bantuan kapal perang, pasokan BBM bisa segera dikirim. ”Jadi, ini bagian dari cara kita menyelesaikan di remote area dengan kondisi cuaca yang seperti ini,” ujarnya.
Sementara itu, Radar Kudus melaporkan, kemarin kapal nelayan KM Ita Kembar Zam Jaya 2 mengirim 3.200 tabung gas elpiji 3 kilogram atau gas melon. Kapal tersebut datang dari Karimunjawa khusus untuk mengambil stok elpiji di Jepara meski cuaca buruk masih berlangsung. Pasalnya, KMP Siginjai yang biasa digunakan mengangkut kebutuhan elpiji masyarakat Karimunjawa hingga saat ini masih bersandar di Pelabuhan Jepara.
Dodi Ardiansah, kapten kapal yang merupakan warga Kemujan, Kecamatan Karimunjawa, mengetahui ada KRI yang akan diperbantukan untuk mengangkut logistik. Namun, persediaan elpiji di Karimunjawa sudah menipis. ”Itu alasannya tidak menunggu KRI. Kan sudah menipis. Nanti masaknya orang-orang bagaimana?” ujar Dodi. ”Baru pertama ini membawa elpiji dengan kapal nelayan,” ungkapnya.
Selama perjalanan dari Karimunjawa ke Jepara, dia menyebut kondisi gelombang laut masih tinggi. Antara 2 hingga 2,5 meter. ”Juga hujan,” katanya.
Wisata Gunung
Dengan alasan cuaca pula, pemerintah mengambil kebijakan penutupan aktivitas di sejumlah taman nasional pegunungan. Hingga saat ini, setidaknya delapan destinasi gunung tidak mengizinkan pengunjung untuk mendaki.
Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Nandang Prihadi mengungkapkan, penutupan sejumlah destinasi wisata pegunungan khususnya terkait dengan jalur pendakian.
Kedelapan destinasi tersebut adalah Bromo Tengger Semeru, Gunung Merapi, Gunung Rinjani, dan Gunung Pangrango. Kemudian, Gunung Halimun Salak, Gunung Tambora, Gunung Kerinci Seblat, dan TWA Gunung Marapi. ”Alasan utama penutupan adalah untuk keamanan dan keselamatan pengunjung atau pendaki,” terang Nandang. ”Kemudian, alasan lain karena pemulihan ekosistem, kondisi cuaca atau iklim, dan kondisi vulkanis atau kegunungapian,” lanjutnya.
Untuk penutupan Bromo Tengger Semeru, kata Nandang, disebabkan statusnya yang saat ini berada di level III (siaga). Penutupan dilakukan sejak 3 Januari 2023 hingga batas waktu yang belum ditentukan. Demikian juga untuk Gunung Merapi yang berstatus siaga. Bahkan, status siaga tersebut sejak November 2020 seiring peningkatan aktivitas vulkanis setelah sebelumnya berstatus waspada sejak Mei 2018. Penutupan itu juga hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Di Gunung Rinjani, penutupan dilakukan dalam rangka pemulihan ekosistem serta memperhatikan informasi prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Yakni, potensi curah hujan tinggi disertai angin kencang di Pulau Lombok. Penutupan berlaku sejak 1 Januari hingga 31 Maret.
Kemudian, untuk Gunung Pangrango, dilakukan penutupan karena kondisi kehampaan dan kegunungapian serta pemilihan ekosistem dan cuaca ekstrem. Penutupan sudah berlaku sejak November 2022. Untuk Gunung Halimun Salak, lanjut Nandang, penutupan dilakukan sejak 15 Desember 2022 dalam rangka ekosistem serta kondisi cuaca.
Kemudian, penutupan Gunung Kerinci Seblat dilakukan karena meningkatnya aktivitas vulkanis sejak 19 Oktober 2022. Lalu, TWA Gunung Marapi ditutup dalam rangka menjaga kawasan agar tetap terjaga keutuhannya. Yakni, merujuk hasil penelitian tentang daya dukung kawasan. ”TWA Gunung Marapi itu hanya mampu menampung 150 orang pengunjung dalam satu masa kunjungan,” ungkapnya.
Credit: Source link