Gerakan Koperasi Mesti Lakukan Terobosan pada Masa Pandemi

Ketut Widarta. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pandemi COVID-19 yang berkepanjangan sangat dirasakan oleh gerakan koperasi. Oleh karena itu pengelola koperasi mesti melakukan kiat-kiat atau terobosan untuk bisa bertahan pada era pandemi.

Dalam memberi pelayanan kepada anggota, protokol kesehatan (prokes) mesti diperhatikan agar tidak menimbulkan klaster baru penyebaran COVID-19. Terlebih sejak 3 Juli hingga 20 Juli mendatang, pemerintah memberlakukan PPKM darurat COVID-19 di Jawa dan Bali karena kasus mengalami peningkatan yang signifikan.

Ketua Pusat Koperasi (Puskop) Bali, Ketut Widarta, S.E., Senin (5/7) mengatakan, pengelola atau manager harus mampu menciptakan strategi atau terobosan agar koperasi bisa bertumbuh, walaupun tidak seperti kondisi sebelum pandemi. Dalam konteks itu, gerakan koperasi sangat membutuhkan pemimpin yang visioner agar mampu memanfaatkan peluang dalam kondisi krisis seperti saat ini.

‘’Pemimpin visioner selalu berpandangan ke depan bagaimana menjadikan koperasi tetap eksis dalam menghadapi berbagai kondisi. Karena itu diperlukan kemampuan menganalisis tingkat risiko, baik yang sedang terjadi, maupun mengantisipasi tingkat risiko yang akan datang. Bahkan mampu meminimalisasi atau dan menghilangkan risiko,’’ ujar Ketua Koperasi Wikan Denpasar ini.

Kata Widarta, pemimpin visioner itu mampu membangun dan menciptakan serta mewujudkan impian. Karena itu diperlukan integritas, kompetensi, konsistensi, loyalitas, keterbukaan serta mandiri. “Dalam kondisi ekonomi pada masa pandemi saat ini yang dibutuhkan adalah pemimpin yang visioner, karena selalu memiliki strategi dan kemampuan untuk mengambil langkah real dan rasional guna mempertahankan kelangsungan hidup koperasi,’’ ujarnya.

Pengurus Dekopinwil Bali ini mengatakan, strategi serta langkah yang perlu diambil yakni: pertama, fokus memperhatikan, mempertahankan serta mempersiapkan sedini mungkin ratio CAMEL yakni (capital) atau aset, management (manajemen), earning (penghasilan) dan likuiditas.

Kedua, fokus meningkatkan pelayanan prima (service excellent) untuk meningkatkan kepercayaan (trust) anggota. Jika kepercayaan itu tumbuh, otomatis anggota akan berpartisipasi membangun dan mempertahankan keberlangsungan pertumbuhan koperasi.

Mereka akan menjadi pelanggan (customer) yang setia, karena mendapatkan kepuasaan (satisfaction). Ketika kepuasan sudah terpenuhi, maka anggota koperasi akan setia (loyalty), kemudian merasa terikat (engagement), tumbuh rasa memiliki (sense of bellonging) dan rasa tanggungjawab (sense of responsibility) terhadap keberadaan koperasi. Strategi ketiga adalah menanamkan dan menciptakan etos kerja spirit yang tinggi. (Subrata/balipost)

Credit: Source link