DENPASAR, BALIPOST.com – PT PLN (Persero) berkomitmen untuk mensukseskan program pemerintah dalam menjalankan konversi kompor induksi di masayarakat. Salah satu kota yang menjadi pilot project program ini adalah Kota Denpasar, khususnya Kecamatan Denpasar Selatan (Densel).
Terdapat 1.000 pelanggan terpilih yang terdiri dari 950 kelompok penerima manfaat (KPM) dan 50 pelanggan lainnya merupakan pemilik usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Seluruhnya masuk dalam data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) dari Kementerian Sosial.
Sejak Maret lalu, PLN telah gencar melakukan berbagai sosialisasi dan pendekatan untuk menyukseskan program ini. Sosialisasi yang dilakukan membidik 10 desa antara lain Desa Renon, Desa Panjer, Desa Sesetan, Desa Pedungan, Desa Pemogan, Desa Serangan, Desa Sidakarya, Desa Sanur Kauh, Desa Sanur, dan Desa Sanur Kaja.
General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Bali, I Wayan Udayana menjelaskan hingga kini terdapat 107 KPM yang sukses bermigrasi menggunakan kompor induksi. “Kami menargetkan akhir tahun ini seluruh KPM dan UMKM dapat menikmati nyamannya menggunakan kompor induksi jika dibandingkan dengan kompor gas, sehingga keterlibatan seluruh pihak sangat diharapkan supaya program ini bisa dengan cepat diterima di masyarakat,” ucapnya.
Pelanggan yang masuk dalam program ini, tambahnya, akan tetap menerima kompor induksi beserta alat masaknya. “Masyarakat tak perlu khawatir dengan biaya listriknya, karena pemerintah akan tetap memberikan subsidi yang disalurkan dalam bentuk daya yang digunakan oleh kompor induksi,” jelasnya.
Ni Made Candri (60), salah satu KPM warga Jl. Danau Beratan, Sanur, Denpasar, menuturkan kesannya setelah menggunakan kompor induksi selama sebulan. “Hari ini saya pergi bayar tagihan listrik bulan Juli, kalau dibandingkan dengan bulan Juni, tidak jauh berbeda, malah lebih murah, padahal sudah sebulan ini pakai kompor induksi,” terangnya.
Candri menyebutkan tagihan listriknya di Juni sebesar Rp 51 ribu. Sedangkan Juli, dirinya membayar Rp 41 ribu dengan daya yang sama yakni 900 VA.
“Sebelumnya saya pakai gas melon, sebulan bayar 40 ribu untuk masak nasi, goreng ikan, masak air. Sekarang sudah ga perlu beli gas melon, cukup bayar listrik sekali sudah bisa nyalakan tv, lampu, dengerin radio, plus bisa masak,” ungkapnya antusias.
Ia juga menjelaskan banyaknya tetangga yang kerap datang ke rumah menanyakan penggunaan kompor induksi. “Ada tetangga datang lihat saya masak pakai kompor induksi, lalu tanya bagaimana caranya dan saya jelaskan tinggal pencet-pencet saja, praktis sekali. Ada juga yang bilang takut listriknya mahal, padahal tidak sama sekali ya,” katanya.
Candri berharap supaya kedepannya tetangga- tetangganya juga bisa ikut serta dalam program ini. “Yang jelas pakai kompor induksi ini lebih bagus daripada kompor gas,” pungkasnya.
I Ketut Sena (60), warga Jl. Raya Pemogan Sanur, juga turut menyampaikan kesannya. Ia mengungkapkan ketakjubannya setelah mencoba memasak menggunakan kompor induksi.
“Ternyata rasa masakannya sama saja ya dengan memasak menggunakan kompor gas,” candanya.
Dengan antusias, ia mengatakan akan mencoba membandingkan penggunaan kompor induksi dengan kompor gas selama sebulan ke depan.
PLN mendukung penuh program konversi kompor induksi yang bertujuan untuk mengatasi oversupply listrik serta menekan beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Melalui program ini diharapkan tak hanya mampu mengurangi impor energi, juga sekaligus mengurangi subsidi, serta dapat menyelesaikan kondisi oversupply listrik. (Adv/balipost)
Credit: Source link