JawaPos.com – Isu terkait rehabilitasi mangrove merupakan hal yang penting mengingat keterkaitannya dengan salah satu topik utama yang dibahas oleh para pemimpin dunia di G20 lalu, yaitu mengenai transisi energi.
Deputi Bidang koordinasi Pengelolaan Hutan dan Lingkungan, Nani Hendiarti menyampaikan ini pada peluncuran Pilot Project Kemitraan Pengusahaan Biomassa dan Batubara Sumatera Selatan serta Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Rehabilitasi Mangrove di Jakarta, Kamis (22/12).
“Kegiatan yang kita lakukan ini adalah berkat dukungan dari semua pihak, termasuk dari sektor swasta. Dari pertemuan COP26 UNFCCC di Glasglow kemarin, Indonesia berkomitmen menurunkan emisi Gas Rumah Kaca, salah satunya dengan pressing down Batubara,” ucap Deputi Nani.
Menurutnya kegiatan tersebut untuk mendukung kebijakan pemerintah terkait transisi ke energi bersih dengan mendorong pengurangan penggunaan batu bara serta meningkatkan pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT).
“Biomassa ini masuk kedalam EBT, dan potensi yang kita miliki besar sekali. Nah tentu disini bagaimana PR nya adalah bagaimana bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan. Bagaimana caranya? Salah satunya dengan melibatkan masyarakat,” tuturnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Arsal Ismail mengungkapkan bahwa cofiring juga bermanfaat dari sisi ekonomi. Hutan produksi, lahan reklamasi, lahan-lahan tidur yang tidak produktif, hingga lahan-lahan kritis/terdegradasi dapat dimanfaatkan untuk tanaman-tanaman yang menjadi bahan baku biomassa.
“PTBA terus bertransformasi dari perusahaan pertambangan batu bara menjadi perusahaan energi dan kimia kelas dunia yang peduli lingkungan. Saat ini, kami berpartisipasi mendorong percepatan transisi energi melalui Program Kemitraan Pengusahaan Biomassa dan Batubara di Sumatera Selatan,” katanya.
Terkait dengan rehabilitasi mangrove, Deputi Nani mengungkapkan bahwa pencetus target 600 ribu Ha lahan mangrove adalah Menko Marves, Luhut B. Pandjaitan bersama dengan Menteri KLHK.
“Rehabilitasi ini bukan hanya menanam, tapi juga konservasi. Kita juga melihat lahan yang berpotensi untuk penanaman mangrove. Disini benefitnya bukan hanya mitigasi (carbon) tapi juga ada nilai ekonomi dari karbon kredit,” terangnya.
Editor : Mohamad Nur Asikin
Reporter : R. Nurul Fitriana Putri
Credit: Source link