Pengunsi Rohingya meninggalkan kampung halamannya ke Bangladesh (Foto: Al jazeera)
Jakarta – Hampir 90.000 Muslim Rohingya melarikan diri ke Negeri Tak bertuan, Bangladesh dalam 10 hari terakhir. Dari jumlah tersebut, beberapa mengalami perkosaan, pembunuhan dan tindakan pembakaran yang dilakukan oleh tentara Myanmar.
Vivian Tan, juru bicara regional untuk UNHCR, mengatakan kepada Al Jazeera pada Senin, wanita, anak-anak dan orang tua merupakan bagian terbesar dari 87.000 yang menyeberang ke Bangladesh sejak kekerasan meletus pada 25 Agustus.
“Kami melihat banyak wanita hamil, bayi baru lahir dan orang tua berhasil menuju kamp bantuan di sisi perbatasan Bangladesh. Sayangnya, kita juga mendengar dari banyak dari mereka belum makan berhari-hari.“
PBB dan Amerika Serikat sebagai salah satu minoritas dunia yang paling teraniaya, ribuan orang Rohingya meninggalkan rumah mereka setiap tahun dalam keadaan putus asa mencapai Bangladesh dan negara-negara tetangga lainnya.
Eksodus massal terbaru terjadi setelah gerilyawan Rohingya menyerang pos polisi dan pangkalan militer di wilayah barat Rakhine. Tan mengatakan kepada Al Jazeera jumlah terbaru dari 87.000 orang Rohingya tidak termasuk pengungsi yang melarikan diri dari tahun sebelumnya di wilayah perbatasan Bangladesh dan Myanmar.
“Sejak tahun 1970an, hanya 34.000 orang Rohingya yang terdaftar di PBB di Bangladesh,“ kata Tan, dengan perkiraan masih ada sejumlah pengusi yang berlum terdaftar“
Sebagai penandatangan Konvensi Pengungsi 1951, Bangladesh menolak untuk mendaftarkan Rohingya sebagai pengungsi sejak awal 1990an, dan juga tidak mengizinkan mereka untuk mengajukan klaim suaka. Ro Nay San Lwin, seorang aktivis Rohingya dan blogger yang berbasis di Eropa, mengatakan para pengungsi tersebut berjuang untuk menerima mereka dapat kembali ke tanah air leluhur mereka
Dengan menggunakan jaringan aktivis di lapangan mendokumentasikan konflik tersebut, San Lwin mengatakan kepada Al Jazeera beberapa pengungsi berjalan tujuh atau delapan hari dari Buthidaung untuk sampai ke Bangladesh, sementara yang dari Maungdaw harus berjalan selama lima hari.
Hingga 30.000 pengungsi Rohingya tinggal di Kutupalong dan Nayapara, dua kamp yang dikelola pemerintah di dekat Cox`s Bazar, dengan puluhan ribu lagi tinggal di kamp-kamp darurat.
Video yang diunggah di media sosial menunjukkan puluhan pria, wanita dan anak-anak bersembunyi di hutan Myanmar setelah pasukan keamanan dilaporkan menghancurkan desa mereka. Dalam video terpisah, seorang wanita Rohingya mengatakan, ia dan keluarganya tidak makan berhari-hari.
“Kami juga mendengar laporan beberapa desa yang menghadapi krisis pangan,“ kata Lwin. “Jika terus berlanjut makan mereka akan mengalami kelaparan hingga mati.“
Menurut perkiraan terakhir oleh pekerja bantuan PBB di Bangladesh, hampir 150.000 orang Rohingya mencari perlindungan di negara ini sejak Oktober. Rakhine adalah rumah bagi sebagian besar 1,1 juta Rohingya di Myanmar, yang hidup sebagian besar dalam kemiskinan dan menghadapi diskriminasi dari mayoritas umat Buddha.
TAGS : Rohingya Myanmar Asia Bangladesh
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/21231/Hanya-10-hari-Hampir-90000-Orang-Rohingya-Hijrah-ke-Bangladesh/