BANGLI, BALIPOST.com – Sempat meroket di atas Rp 100 ribu per kilogramnya, harga cabai rawit di pasar mulai turun. Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Kabupaten Bangli I Wayan Sarma menyebut dari hasil survei harga pangan yang rutin dilakukan pihaknya di pasar tradisional, harga cabai rawit merah kini ada pada posisi harga Rp 65 ribu per kilogram.
Dikatakan Sarma, sesuai catatannya harga cabai mulai turun sejak akhir Maret lalu. Sepengetahuannya, penyebab turunnya harga cabai karena adanya pasokan cabai dari luar.
Pihaknya tidak bisa memastikan apakah harga cabai akan naik lagi jelang hari raya Galungan. Namun ia memprediksi kenaikan harga cabai tidak akan terjadi. Menurutnya yang kemungkinan mengalami kenaikan harga yakni bawang, daging dan telur ayam. Karena komoditas itu yang paling banyak dibutuhkan jelang Galungan. “Kalau cabai saya kira tidak. Karena cuaca sudah mulai membaik, dan pemerintah terus jaga agar harga cabai tidak terlalu mahal, agar inflasi bisa ditekan,” ujarnya, Minggu (4/4).
Untuk mengantisipasi gejolak kenaikan harga cabai, Sarma mengaku pihaknya sudah terus berupaya menyosialisasikan ke masyarakat untuk memanfaatkan lahan pekarangan dengan komoditas kebutuhan sehari-hari seperti cabai. Selama ini Dinas PKP Bangli melaksanakan program pekarangan pangan lestari (P2L). Dalam program itu, Dinas PKP membagikan bibit cabai. Ada juga program serupa dari TP PKK berupa Hatinya PKK.
Ia mengklaim saat ini sudah banyak masyarakat yang menanam cabai di lahan pekarangan. “Tahun 2020 kami membina 14 Kelompok Wanita Tani (KWT) dalam kegiatan P2L,” pungkasnya.
Sebagaimana yang diketahui, harga cabai di pasar tradisional di Bangli sempat meroket Rp 120 ribu per kilogramnya pada Maret lalu. Cuaca buruk disebut menjadi penyebab naiknya harga bumbu dapur tersebut. Produksi cabai di petani menurun hingga 50 persen. (Dayu Swasrina/balipost)
Credit: Source link