SEMARAPURA, BALIPOST.com – Di tengah cuaca ekstrem sepanjang November hingga Desember ini, harga-harga kebutuhan pokok mulai merangkak naik. Seperti komoditi cabai yang harganya kini hampir menyentuh Rp 100 ribu sekilo.
Dari informasi, pedagang menjual cabai rawit merah seharga Rp 95 ribu sekilo pada Senin (27/12). Melonjaknya harga cabai ini disebabkan minimnya pasokan dari petani lokal, karena cuaca buruk membuat tanaman cabai di sawah banyak mati.
Fluktuasi harga pada cabai rawit merah mulai terjadi sejak pertengahan Desember ini. Angkanya konsisten dari Rp 90 ribu per kg sampai Rp 95 ribu per kg.
Salah satu pedagang bumbu dapur di Pasar Klungkung Ketut Suma, Senin (27/12), mengatakan mahalnya harga cabai ini membuat pelanggannya tak sanggup membeli. Ia pun menyiasatinya dengan mencampur cabai merah dengan hijau.
Sehingga harga cabai menjadi lebih terjangkau oleh pelanggannya. Hasil campuran cabai merah dan hijau ini dijual Rp 65 ribu per kg. “Paling banyak pelanggan nyari yang cabai campur. Laku seharga Rp 65 ribu per kg. Jadi lebih terjangkau. Ada juga yang beli seperempat kg, seharga Rp 20 ribu sampai 25 ribu,” katanya.
Mahalnya harga cabai rawit merah ini, membuat para pedagang setempat melakukan cara-cara ini agar cabai cepat laku. Sebab, cabai lazimnya tidak tahan lama, karena cepat membusuk dalam beberapa hari.
Para penjual bumbu siap saji berbahan dasar cabai pun juga harus menyiasati situasi ini. Salah satunya Jero Ratna.
Ia mengaku harus mengurangi cabai dari sebelumnya rata-rata dua kg menjadi hanya satu kg. Imbasnya, efek pedas masakannya juga berkurang.
Saat ini di pasar tidak hanya cabai yang harganya meroket, bumbu lainnya seperti bawang merah, bawang putih juga merangkak naik. Kenaikan Rp 5 ribu per kg.
Demikian juga aneka jenis sayur, harganya naik. Situasi ini juga disebabkan kurangnya pasokan dari petani lokal, lantaran banyak petani gagal panen akibat cuaca ekstrem sepanjang Desember ini. (Bagiarta/balipost)
Credit: Source link