Harga Cabai Makin Naik, Sentuh Harga di Atas 100 Ribu Per Kilo

Komoditi cabai kini menjadi barang langka dan mahal di Pasar Umum Galiran, menyentuh harga Rp 110 ribu per kilo. (BP/gik)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Harga cabai terus melambung, di tengah kelangkaan yang terjadi saat ini ditingkat pasar. Seperti cabai rawit merah, harganya sudah menyentuh Rp 110 ribu per kilogram.

Kenaikan ini harga cabai konsisten terjadi sejak akhir 2020, sampai memasuki pertengahan Maret ini. Pantauan di Pasar Umum Galiran, Klungkung, Senin (8/3), selain harga cabai rawit merah Rp 110 ribu, harga cabai rawit hijau (masih muda) mencapai Rp 45 ribu/kg, cabai kriting Rp 85 ribu/kg, cabai hijau Rp 60 ribu/kg dan cabai lombok merah besar Rp 35 ribu.

Sementara untuk komoditi lainnya, utamanya bawang merah dan bawang putih masih pada harga normal yakni Rp 30 ribu per kilo. Sejumlah pedagang cabai di pasar ini, mengaku sejak akhir tahun 2020 lalu atau sudah lebih dari dua bulan harga cabai terus merangkak naik.

Kondisi ini, menurut sejumlah pedagang lantaran tanaman cabai diterjang cuaca buruk, sehingga tanaman cabai banyak yang mati. Bahkan saat ini pasokan cabai dari lokal Bali nyaris sudah tidak ada lagi.

Karena tanaman cabai petani lokal juga banyak yang mati, sehingga petani beralih ke tanaman padi. “Ini cabai pasokan dari Jawa. Cabai Bali sudah tidak ada, katanya banyak tanamannya mati. Harga Rp 110 ribu/kg sudah jadi yang termahal. Sudah tak kuat beli. Beda sekali situasi dengan tahun lalu. Tahun lalu meski harga tinggi tapi masih laris. Sekarang sepi. Harga cabai normalnya biasanya Rp 40 ribu sampai 50 ribu/kg,” kata salah satu pedagang cabai Ketut Widiasa.

Pedagang mengaku tidak berani menjual cabai banyak. Maksimal sehari hanya mampu menyediakan Rp 10 kg, lantaran cabai cepat membusuk, imbas dari kondisi cuaca buruk.

Seperti yang disampaikan pedagang cabai lainnya Ketut Daging. Ia mengaku tak bisa menyediakan lebih dari itu, karena rentan rugi.

Tingginya harga cabai hingga berbulan-bulan, sangat berdampak bagi penjual makanan, seperti warung nasi, penjual soto dan warung lalapan. Salah satu Penjual Soto, Siti, mengaku sangat berat dengan situasi harga cabai dan bumbu lain yang serba naik saat ini.

Jadi, ia mengaku terpaksa tidak menerima untung begitu banyak agar konsumen tak kaget dan bisa tetap bertahan ditengah kondisi ekonomi minus setelah dilanda pandemi COVID-19. “Pusing saya begini terus. Orang makan biasa minta pedas, sedangkan cabai mahal. Sekarang cuman sanggup beli cabai Rp 20 ribu saja. Ada sedikit saja, yang penting tersedia,” katanya. (Bagiarta/balipost)

Credit: Source link