JawaPos.com – Kenaikan harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) di pasar global memberikan angin segar pada perusahaan kelapa sawit di Indonesia, termasuk PT Astra Agro Lestari Tbk. Meski begitu, kenaikan harga nyatanya tidak signifikan berpengaruh terhadap laba, karena adanya kendala produksi imbas pelarangan ekspor dan pasokan di tangki yang berlebih.
Chief Financial Officer (CFO) sekaligus Corporate Secretary PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) Mario C.S. Gultom menyampaikan, sepanjang Januari-Juni 2022 atau semester I tahun ini pendapatan bersih Astra Agro Lestari mencapai Rp 10,96 triliun. Angka ini naik tipis 1,2 persen dibandingkan periode sama tahun lalu atau year-on-year (YoY) yang sebesar Rp 1,83 triliun.
“Pendapatan kita naik, tapi kenapa cuma naik 1,2 persen? Ini karena kita ada penurunan quantity penjualan. Itulah alasan kenaikan harga tidak sebanding dengan kenaikan pendapatan kita,” kata Mario dalam paparan beberapa waktu lalu.
Perseroan mencatatkan laba operasional sebesar Rp 1,18 triliun, atau turun sekitar 28,4 persen dari semester I 2021 yang sebesar Rp 1,64 triliun. Meski demikian, laba bersih perseroan masih naik 24,6 persen, dari Rp 649,3 miliar pada semester I 2021 menjadi Rp 809,3 miliar pada semester I 2022.
Sementara itu belanja modal atau capital expenditure (capex) sepanjang Januari-Juni 2022 sudah terserap Rp 497,2 miliar. Angka ini naik 30,2 persen dibandingkan Januari-Juni 2021 yang sebesar Rp 382,9 miliar.
“Ini disebabkan memang tahun ini kita sudah lebih leluasa dengan adanya perbaikan dari segi Covid, sehingga kontraktor sudah leluasa masuk ke dalam kebun kita,” terang Mario.
Dari belanja modal sebesar itu, mayoritas digunakan untuk tanaman belum menghasilkan dari replanting Astra Agro Lestari. Adapun sisa capex hingga akhir tahun yang sebesar Rp 600 miliar hingga Rp 1 triliun akan digunakan untuk tanaman belum menghasilkan.
Selanjutnya, digunakan untuk memperbarui transportasi dan mesin-mesin produksi yang sudah tua, dan perawatan infrastruktur. “Bisnis baru, untuk saat ini belum dapat. Jadi, belum ada rencana capex untuk pengembangan bisnis baru,” tukasnya.
Harga Naik, tapi Tak Bisa Jual
Mario menjelaskan, meskipun Covid-19 belum selesai, namun operasional AALI tetap berjalan dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Hingga Juni 2022, luas kebun perseroan mencapai 286.700 hektare (ha), terdiri dari 72.200 ha kebun plasma (KKPA) dan 214.500 kebun inti.
Adapun sebaran wilayahnya yaitu, 50.700 ha (17,7 persen) di Sulawesi, 130.800 ha (45,6 persen) di Kalimantan, dan 105.200 ha (36,7 persen) di Sumatera. Selama periode Januari-Juni 2022, produksi Tandan Buah Segar (TBS) sebanyak 1,96 juta ton, atau turun 12,1 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai 2,23 juta ton.
“Ini disebabkan efek musim kemarau 2019, yang dampaknya terasa sampai semester I 2022,” ungkap Mario.
Di samping itu, hampir seluruh perkebunan kelapa sawit di Indonesia mengalami penurunan produksi. Ini menyebabkan pembelian TBS eksternal AALI juga turun 13,5 persen, yaitu dari 1,65 juta ton pada semester I 2021 menjadi 1,43 juta ton pada semester I 2022.
“Akibat turunnya produksi inti dan pembelian TBS eksternal dan plasma, maka produksi CPO turun 15,8 persen, dari 758.000 ton pada semester I 2021, menjadi 638.000 ton pada semester I tahun ini,” jelas Mario.
Lebih lanjut Mario menjelaskan, kenaikan harga CPO di pasar internasional tidak berdampak lama terhadap penjualan AALI. Itu disebabkan adanya pelarangan ekspor, dan kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) serta Domestic Price Obligation (DPO).
“Juni harga kita masih turun sampai Juli, merupakan efek dari pelarangan ekspor dan DMO serta DPO,” ucapnya.
Sementara itu, terkait proyeksi pendapatan dan laba hingga akhir tahun, Mario mengakui cukup sulit. Sebab, semua tergantung harga.
“Memang kita itu, semester II tahun ini cukup kagok dengan adanya peraturan tidak stabil. Kita agak susah menetapkan. Ini kan tergantung harga, sedangkan operasional normal,” kata Mario.
Yang pasti, lanjut dia, perseroan berupaya untuk segera mengurangi persediaan stok di tangki pabrik yang hampir penuh. “Supaya kita bisa beroperasi secara normal,” pungkasnya.
Credit: Source link