Anggota komisi VI DPR RI dari Fraksi PDIP, Ananta Wahana
Jakarta, Jurnas.com – Belakangan ini harga gula pasir dipasaran Jabodetabek melonjak drastis, Hal ini tentu membuat masyarakat kelas menengah ke bawah meringis, sebab, semakin besar biaya hidup yang harus dikeluarkannya.
Gula pasir yang biasanya dijual dengan harga Rp12.500 ditingkat pengecer, kini harganya sudah menembus Rp 19.000.
“Dua hari ini saya sudah melakukan survei di pasar, tepatnya di Pasar poris indah dan pasar anyar Tangerang, memang di dua pasar itu saya menemui harga gula kenaikannya sangat cepat,” kata Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan (PDIP), Ananta Wahana saat berbincang dengan Jurnas.com di Jakarta, Rabu (11/3).
“Bahkan hari ini harga gula di dua pasar itu sudah sampai Rp 18.000 – 19.000,” sambung dia.
Menurut Ananta, kenaikan harga gula tak hanya dirasakan oleh para pembeli saja. para pedagang juga mengeluhkan lonjakan harga tersebut, sebab, modal yang harus dikeluarkan mereka semakin banyak dan ketika menjual, keuntungannya masih tetap.
Selain itu, pedagang juga mengadu ke ananta, lantaran mereka kesulitan mendapatkan stok gula pasir dari distributor. Digudang distributor sendiri, stok gula pasir pun sudah kosong.
“Tadi pagi saya juga mengunjungi bulog cabang tangerang raya, diakui oleh bulog Tangerang, sudah tiga bulan ini (pasokan) itu kosong di bulog. Karena mereka gak mendapatkan pasokan gula,” ujar dia.
Bulog Cabang Tangerang Raya, kata Ananta, sudah kelimpungan dengan kekosongan stok Gula Pasir tersebut.
Menurut Bulog Cabang Tangerang Raya, untuk mengatasi kelangkaan stok dan lonjakan harga gula, maka mau tidak mau maka pemerintah harus membuka keran Impor.
“Menurut bulog yang di Tangerang raya, itu impor tidak bisa dicegah. Jadi dia ngomong impor tidak bisa dicegah kalau situasinya seperti ini. Jadi kalau bilang bahwa dipasaran lenyap seperti ini, ya memang kran impor mau tidak mau harus dibuka lagi,” katanya.
Diketahui, Kementerian Perdagangan (Kemendag) akhirnya mengeluarkan izin impor untuk kebutuhan gula kristal putih (GKP) sebanyak 438.800 ton guna mengatasi kelangkaan pasokan dan lonjakan gula pasir.
“Izin impor yang dikeluarkan gula kristal putih telah diterbitkan 438800 ton hingga Mei 2020,” kata Agus di kantor Kemendag, Selasa (3/3).
Nantinya, India menjadi pemasok gula impor mentah yang akan diolah jadi GKP di dalam negeri.
Tata Kelola Niaga Gula Harus Dibenahi
Akar permasalahan muncul polemik gula saat ini, lantaran adanya kesalahan tata kelola yang dibuat pemerintah dalam mengendalikan stok gula.
Sebagai wakil rakyat yang membidangi perdagangan, Ananta pun meminta pemerintah untuk menyiapkan strategi jitu agar dapat mendorong para petani kembali bersemangat menanam tebu.
Pasalnya, saat ini banyak petani tebu yang enggan menanam karena tidak ada jaminan keuntungan.
Selain itu, petani tebu juga mengalami banyak kendala, seperti sulitnya mendapatkan modal, memperoleh pupuk yang tepat, baik dari jumlah, jenis dan waktu, tingginya biaya produksi, infrastruktur tak terawat, regulasi yang tak pasti, ketidakjelasan hitungan rendemen (persentase kadar kandungan gula di tebu) bagi petani rakyat hingga sulitnya memasarkan produk gula dengan nilai yang menguntungkan.
“Jalan satu satunya ya dengan memberikan kemudahan – kemudahan, seperti penentuan harga yang baik kepada para petani tebu, agar mereka kembali tertarik menanam tebu,” kata dia.
Menurutnya, jika petani tebu kembali tertarik menanam, produksi tebu akan meningkat dan revitalisasi pabrik gula tua yang digalakkan pemerintah pun tak bakal sia – sia. Karena pabrik itu bisa terus menggiling dan menghasilkan produksi gula.
“Setelah itu, pemerintah juga harus memberikan jaminan kepada para petani tebu bahwa nanti hasilnya bakal ditampung di pabrik – pabrik gula,” katanya.
Selanjutnya, Ananta juga meminta Pabrik Gula untuk menggiling sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan.
Setelah tebu sudah diproduksi, selanjutnya, pemerintah harus membantu para petani tebu dalam menentukan harga gula.
Menurutnya, dengan penentuan harga yang menguntungkan, maka petani bakal lebih bersemangat lagi untuk menanam tebu dan produktifitas tebu pun akan naik.
Apabila, tata niaga itu sudah tertata dengan baik, maka swasembada gula pun bisa terwujud. “Nanti kalau sudah semuanya tertata dengan baik, impor mulai dikurangi secara pelan-pelan,” katanya.
TAGS : Gula Pasir Tata Niaga Ananta
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin