Produsen kendaraan terbesar di Korea Selatan itu mengatakan akan memotong investasi menjadi 8 triliun won atau setara Rp97 triliun dari sebelumnya 8,9 triliun won atau Rp107,9 triliun.
Menurut rencana terbaru, Hyundai Motor akan menginvestasikan 3,3 triliun won atau Rp40 triliun untuk proyek penelitian dan pengembangan, dan 3,9 triliun atau Rp47,2 triliun untuk fasilitas. Sementara 800 miliar won atau Rp9,7 triliun disisihkan untuk investasi strategis.
Baca juga: Hyundai ungkap sketsa SUV Creta buatan pabrik Indonesia
Mengenai keputusan tersebut, Hyundai Motor mengatakan pihaknya harus menjawab berbagai tantangan yang muncul dari ketidakcocokan penawaran dan permintaan semikonduktor yang berkelanjutkan.
Pengumuman tersebut muncul setelah produsen mobil Renault Group, Skoda, dan Ford memutuskan menghentikan operasi di pabrik-pabrik Eropa untuk sementara karena kekurangan chip.
“Kekurangan semikonduktor akan berlanjut pada kuartal keempat dan kami memperkirakan hal ini berdampak hingga tahun depan. Namun pada kuartal keempat, kami melihat beberapa tanda positif seperti tanggal produksi yang diperpanjang dari kuartal ketiga,” kata Hyundai.
Sebelumnya, kepala operasi global Jose Munoz mengatakan perusahaannya berniat untuk mengembangkan chip buatan sendiri.
Dalam sembilan bulan pertama tahun ini, Hyundai Motor menjual 94.000 kendaraan listrik (EV), naik 40 persen dari tahun ke tahun dan mengatakan tidak memiliki masalah terkait sumber baterai.
Perusahaan tersebut juga melaporkan laba bersih sebesar 1,3 triliun won atau Rp15,7 triliun pada kuartal ketiga.
Baca juga: Genesis G80 mobil operasional delegasi VIP KTT G20 Bali
Baca juga: Hyundai Engineering “New Hope School No.11” digelar di Balikpapan
Baca juga: Menperin apresiasi Hyundai produksi kendaraan listrik Maret 2022
Pewarta: KR-SCI
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021
Credit: Source link