JawaPos.com – Indonesia masih menunggak pendanaan proyek pesawat tempur KFX-IFX yang digarap bareng Korea Selatan (Korsel). Jumlahnya mencapai 500 miliar won (Rp 6,2 triliun).
Tapi, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) menyatakan bahwa proses negosiasi ulang program kerja sama itu masih berlangsung.
”Pemerintah akan melakukan renegosiasi tahap berikutnya terkait dengan cost share (pembagian biaya, Red) yang harus dibayar oleh pemerintah Indonesia,” kata Juru Bicara Menteri Pertahanan Dahnil Anzar Simanjuntak ketika dikonfirmasi Jawa Pos kemarin (7/9).
Kantor berita Korsel Yonhap yang mengutip seorang pejabat setempat melaporkan, jumlah tunggakan itu semestinya sudah harus terbayarkan akhir Agustus lalu. Sampai saat ini, Indonesia baru menyalurkan dana senilai 227,2 miliar won (Rp 2,8 triliun) untuk proyek tersebut. ’’Saya tak melihat kemajuan soal kerja sama proyek KFX dengan Indonesia,’’ ungkap pejabat yang menolak disebut identitasnya kepada Yonhap (6/9).
Baca juga: Pesawat Tempur TNI AU Tergelincir di Lanud Madiun, 2 Pilot Selamat
Proyek KFX-IFX merupakan misi ambisius dari pemerintah Korsel. Dimulai 2001, pesawat yang seharusnya menggantikan armada F-4D/E Phantom II dan F-5E/F Tiger II itu terus tertunda.
Pada 2010, Indonesia setuju untuk ikut andil dalam proyek tersebut. Enam tahun kemudian, kedua negara menandatangani perjanjian pendanaan. Indonesia setuju menanggung 20 persen dari dana pengembangan pesawat bermesin jet ganda itu. Dengan perkiraan dana total proyek mencapai 8,8 triliun won (Rp 109,2 triliun), Indonesia seharusnya menanggung beban 1,7 triliun won (Rp 21,2 triliun).
Jika kewajiban tersebut tuntas, Indonesia berhak mendapatkan 50 pesawat KFX dalam produksi pertama mereka yang ditujukan untuk memperkuat armada TNI Angkatan Udara.
Selama ini, pemerintah Korsel dan Korea Aerospace Industries (KAI), produsen pesawat tempur Korsel, melakukan segala cara untuk menghindari penundaan proyek KFX. Mereka mesti memenuhi anggaran pengembangan tahun ini yang mencapai 270 miliar won (Rp 3,3 triliun). Dan proyek pun berjalan sesuai jadwal.
Pekan lalu, KAI baru saja memulai penyelesaian produksi prototipe setelah penetapan desain tetap tahun lalu. Prototipe tersebut diperkirakan bisa dipamerkan pada 2021. Sedangkan pengembangan pesawat itu sendiri bakal berakhir pada 2026.
Pesawat KFX didesain untuk terbang dengan kecepatan maksimum Mach 1,81 dan jarak tempuh hingga 2.900 kilometer. Pesawat tersebut bisa mengangkut beban 7,7 ton baik berupa misil maupun tangki bahan bakar.
Pesawat itu juga dikabarkan bakal dilengkapi sistem radar active electronically scanned array (AESA) yang dikembangkan sendiri oleh Korsel. Saat ini, sistem AESA hanya dimiliki negara maju.
Baca juga: Prabowo Diminta Batalkan Pembelian Pesawat Tempur Bekas dari Austria
Menurut catatan yang dimiliki Dahnil, negosiasi ulang dilakukan sejak tiga tahun lalu. ”Pada 2017 lalu, presiden memerintahkan melakukan renegosiasi terkait proyek KFX-IFX,” jelasnya.
Lewat negosiasi tersebut, presiden meminta supaya persentase cost share Indonesia diturunkan sebanyak 5 persen. ”Dari 20 persen menjadi 15 persen,” terangnya.
Namun, permintaan tersebut tidak disetujui Korsel. Pemerintah Negeri Ginseng tersebut, lanjut Dahnil, hanya bersedia mengurangi persentase cost share sebesar 1,2 persen menjadi 18,8 persen. Untuk itu, pemerintah Indonesia masih mengupayakan negosiasi ulang.
Saksikan video menarik berikut ini:
Editor : Ilham Safutra
Reporter : bil/syn/c17/ttg
Credit: Source link