JawaPos.com – Guna mengantisipasi terjadinya inflasi ekstrem, Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin. Hal ini diprediksi akan memberikan tekanan ekonomi pada masyarakat global, termasuk Indonesia.
Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menuturkan, bunga pinjaman atau kredit yang semakin meningkat nantinya akan membuat daya beli masyarakat turun.
“Kenaikan suku bunga di berbagai negara bisa membuat beban masyarakat meningkat. Bunga KPR, kredit kendaraan bermotor, dan pinjaman modal usaha akan dinaikkan sepanjang 2022,” terang dia kepada JawaPos.com dikutip, Minggu (20/3).
Apalagi, berdasarkan data BPS per Februari 2022, indeks keyakinan konsumen mengalami pelemahan. “Risiko pelemahan pertumbuhan ekonomi di dalam negeri bisa kembali terjadi, dan proyeksi pertumbuhan sulit mencapai 5 persen,” serunya.
Kemudian, dengan kenaikan suku bunga acuan the Fed, Bank Indonesia (BI) akan melakukan penyesuaian suku bunga acuan. Sebab jika tidak, kenaikan suku bunga acuan the Fed akan menekan Rupiah itu sendiri.
BI juga pastinya mewaspadai inflasi bulan April yang tinggi selain karena masalah momentum Ramadan. BI juga mengantisipasi penyesuaian tarif PPN menjadi 11 persen dan naiknya harga pangan yang kontinu, salah satunya minyak goreng.
Credit: Source link