Penasihat utama Pemimpin Revolusi Islam dan ketua Dewan Riset Strategis Dewan Pertanahan Ali Akbar Velayati (Foto: Maryam Kamyab)
Tehran- Penasihat utama Pemimpin Revolusi Islam, Ali Akbar Velayati, meminta Prancis tidak mencampuri urusan dalam negeri Iran, terutama program rudalnya.
Pada Kamis lalu, Macron, dalam kunjungannya ke Dubai mengaku prihatin dengan program rudal Teheran, setelah Arab Saudi mencegat rudal milik iran yang ditembakkan dari Yaman. Mengacu pada klaim Saudi, Macron kemungkinan akan menjatuhkan sanksi terkait aktivitas tersebut.
“Bukan kepentingan Macron dan Prancis untuk ikut campur dalam isu rudal dan urusan strategis Republik Islam Iran, yang kami anggap sebagai isu yang sangat sensitif,” kata Velayati dalam sebuah wawancara Sabtu (18/11) dengan berita IRIB.
Gangguan seperti itu, kata Velayat, tidak akan berdampak selain mengurangi kredibilitas pemerintah Prancis di mata Iran.
“Apa masalah ini ada hubungannya dengan Pak Macron? Siapa Anda, sehingga ikut campur? Jika ia menginginkan hubungan antara Iran dan Prancis tumbuh maka ia harus berusaha tidak ikut campur dalam masalah ini,” tambah politisi veteran tersebut.
Penasihat utama tersebut juga mengesampingkan kemungkinan adanya negosiasi mengenai program rudal Iran. “Tidak ada negara yang mau menawar kepentingan nasionalnya,” katanya dilansir Tehran Time, Minggu (19/11)
Setelah Iran menandatangani perjanjian nuklir dengan enam kekuatan dunia pada 2015, Prancis berusaha menormalisasi hubungan dengan Teheran. Namun, dalam beberapa pekan terakhir, ketegangan antara kedua negara tersebut meningkat.
Setelah kunjungan Macron ke Arab Saudi, Teheran mengatakan, presiden Prancis harus mengambil sikap yang lebih jelas dan untuk mengukur perkembangan Timur Tengah dengan lebih banyak kesadaran.
Komentar Macron yang tidak konsisten mengenai kesepakatan nuklir atau JCPOA, program rudal Teheran dan perannya di wilayah tersebut telah membuat marah Iran. Namun, tampaknya Prancis tidak menganggap pendiriannya sebagai kontradiktif.
Yang lebih buruk lagi, Saad Hariri, yang mengundurkan diri sebagai perdana menteri Libanon bulan ini sangat mengkritik peran Iran di wilayah tersebut, tiba di Paris pada Sabtu (18/11).
Kini, Prancis mencoba memainkan peran mediator untuk meredakan ketegangan di seluruh wilayah. Macron dijadwalka mengunjungi Iran pada akhir tahun atas undangan Presiden Rouhani untuk menjembatani kesenjangan antara posisi kedua belah pihak dalam program rudal Teheran dan mendiskusikan isu-isu lainnya.
Kunjungan Macron ke Iran akan menjadi yang pertama oleh kepala negara atau pemerintahan Prancis sejak 1971.
TAGS : Iran Prancis Rudal Arab Saudi
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/25039/Iran-Minta-Prancis-Tidak-Campuri-Urusan-Tehran/