JawaPos.com – Pasar saham Indonesia dibuka menguat pada awal pekan ini. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pagi ini menguat ke level 5.583. Bahkan sempat berada di level tertinggi 5.607 dan terendah 5.583.
Pada pembukaan perdagangan hari ini, sebanyak 213 emiten menguat, 76 emiten melemah dan 188 emiten stagnan. Mayoritas investor asing memborong saham dengan nilai pembelian netto sebesar Rp62,10 miliar dengan volume 237.165 saham.
Seluruh sektor bergerak menguat. Sektor konsumer melaju 0,70 persen menjadi 1.869, perkebunan bertambah 0,20 persen menjadi 1.240, dan manufaktur meningkat 0,82 persen menjadi 1.289, infrastruktur melonjak 1,80 persen menjadi 952, dan properti naik 0,59 persen menjadi 354.
Sektor sektor pertambangan melompat 1,08 persen menjadi 1.579, aneka industri meningkat 1,03 persen atau 1.018, keuangan naik tipis 0,18 persen menjadi 1.275, industri dasar melaju 0,91 persen menjadi 843 dan perdagangan naik 0,46 persen menjadi 661.
Direktur Anugerah Mega Investasma Hans Kwee mengatakan, isu vaksin masih memberikan pengaruh kepada pergerakan pasar keuangan. Sebab, minggu lalu pasar sangat positif akibat kemajuan ke efektivitasan vaksin Covid-19.
Data final vaksin Covid-19 yang dikembangkan Pfizer dan BioNTech menunjukkan efektif 95 persen mencegah virus tersebut. Vaksin yang diberi nama BNT162b2 terbukti efektif melawan virus Covid-19 setelah 29 hari pemberian dosis pertama dan dinyatakan konsisten di semua umur, ras, dan etnik. Untuk usia lanjut vaksin ini juga efektivitas sampai lebih dari 94 persen.
Moderna juga merilis data awal bahwa vaksinnya menunjukan efektivitas 94,5 persen, serta Rusia yang mengklaim vaksin eksperimental dari hasil uji coba tahap akhir dengan jumlah pegetesan besar efektif lebih dari 90 persen.
“Vaksin menimbulkan harapan ekonomi dunia akan segera pulih di semester dua 2021,” ujarnya dalam pesan singkatnya, Senin (23/11).
Menururnya, Vaksin Covid-19 dari Moderna memberikan harapan yang lebih besar karena dapat tetap stabil pada suhu 36 hingga 46 derajat Fahrenheit. Suhu ini merupakan suhu standar lemari es rumah atau medis dan dapat disimpan hingga 30 hari. Bila suhu negative 4 derajat Fahrenheit maka vaksin ini dapat disimpan hingga enam bulan. Sebelumnya Vaksin Pfizer membutuhkan suhu penyimpanan minus 94 derajat Fahrenheit, sehingga akan mempersulit pendistribusian vaksin.
“Harapkan vaksin yang efektif dan mudah distribusikan membawa harapan pandemi Covid-19 akan berlalu,” tuturnya.
Selain itu, hasil uji coba vaksin beberapa perusahaan di atas akan diserahkan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM (FDA) Amerika Serikat untuk disetujui. Pfizer telah mengumpulkan data keamanan selama dua bulan dari 19.000 subjek studi yang diminta oleh FDA tetapi sampai saat ini masih meninjau hasil pengujian.
Moderna masih menunggu lebih banyak data yang menunjukan vaksin aman dan tinjauan peraturan di Amerika Serikat sebelum disahkan untuk penggunaan darurat pada bulan Desember.
Akhir tahun ini Pfizer memperkirakan ada 50 juta dosis vaksin sedangkan Moderna ada 60 juta dosis vaksin tersedia. Vaksin baru tersedia untuk keperluaan darurat dan masih menunggu pengesahan untuk pemakaian umum dan masal.
Di Indonesia sendiri, konsumsi masyarakat atau rumah tangga menyumbang lebih dari setengah produk domestik bruto Indonesia mengalami penyusutan 3,49 persen pada kuartal ketiga. Hal ini yang mendorong ekonomi ke dalam resesi untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua dekade.
Disisi lain, Bank Indonesia pada RDG November menurunkan BI7 DRRR menjadi 3,75 persen dari sebelumnya 4 persen untuk mendorong pertumbuhan kredit agar dapat menggerakan perekonomian. Di triwulan IV 2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan berada di level -1 persen hingga 0,4 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi tahun 2020 diperkirakan akan berada di level -1,7 persen hingga 0,6 persen.
“Baru diperkirakan pertumbuhan ekonomi akan membaik di tahun 2021 menjadi 4,5 persen sampai 5,5 persen. Tetapi hal ini sangat terpengaruh oleh vaksin covid 19,” tutupnya.
Saksikan video menarik berikut ini:
Editor : Nurul Adriyana Salbiah
Reporter : Romys Binekasri
Credit: Source link