JAKARTA, BALIPOST.com – Pemerintah Republik Indonesia akan segera meluncurkan High Throughput Satellite (HTS) yang kedua. Dikatakan Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate, Selasa (15/3), keberadaan HTS ini untuk menjaga independensi satelit dan layanan internet yang kompetitif dan efisien.
Dalam keterangan persnya, Johnny mengatakan Hot Backup Satellite (HBS) itu dapat digunakan juga untuk kepentingan masyarakat ASEAN. “Dalam pertemuan dengan beberapa Menteri ASEAN, Indonesia menyatakan memilih HTS untuk menjaga independensi layanan satelit sebagai kepentingan transformasi digital nasional, namun juga agar Indonesia mendapat layanan intenet yang lebih kompetitif dan lebih efisien,” ungkapnya saat Konferensi Pers Penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Penyediaan Hot Backup Satellite (HBS) dan Jasa Pengoperasian yang berlangsung hibrida dari Kempinski Hotel, Jakarta Pusat.
Menteri Johnny menyatakan HBS yang diluncurkan juga untuk memenuhi kebutuhan ASEAN dalam kerangka kerja sama infrastruktur. “Kepada saya disampaikan bahwa (satelit) backup tidak saja untuk memenuhi kebutuhan Indonesia, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan ASEAN dalam rangka kerjasama infrastruktur TIK ASEAN,” tandasnya
Menurut Menkominfo, HBS akan digunakan untuk melengkapi kebutuhan layanan publik di Indonesia. “Satu satelit besar dengan kapasitas 150 Gbps, yang nanti akan digunakan untuk melengkapi kebutuhan layanan satelit bagi titik-titik layanan publik di Indonesia. Jadi satelit Indonesia ini salah satu yang terbesar di Asia,” ungkapnya.
Menkominfo menyatakan saat ini, sudah ada 350 ribu titik layanan publik yang mendapat layanan jaringan pita lebar. Menurut Menteri Johnny, sisa titik layanan publik perlu dilayani dengan pengadaan satelit telekomunikasi.
“Dengan jumlahnya saat ini tidak kurang dari 150 ribu titik, yang belum mendapat layanan internet dari 500 ribu titik layanan publik. Dengan demikian, maka satelit yang dibangun untuk kepentingan Indonesia sebesar 300 Gbps,” jelasnya.
Rata-rata benchmark harga sewa kapasitas satelit di dunia berkisar USD400 per Mbps per bulan. Dari waktu ke waktu harga sewa itu terus mengalami penurunan. Menurut Menkominfo, saat ini harga sewa berada di kisaran USD150 per Mbps per bulan.
“Namun demikian, Satelit SATRIA dan Hot Backup mampu membuatnya menjadi lebih efisien dengan biaya sekitar USD45 per Mbps per bulan. Jadi jauh lebih efiesien, itulah salah satu kombinasi pilihan jenis-jenis satelit. Kita memilih satelit telekomunikasi yang besar agar biaya per Mbps menjadi lebih efisien,” tandasnya.
Menkominfo berharap HBS bisa mengorbit sesuai jadwal pada kuartal pertama 2023. Ia juga mengharapkan agar HBS dapat beroperasi dengan cepat. “Satelit ini adalah satelit buatan Boeing dan kita akan memiliki dua jenis satelit. Satu buatan Thales Alenia Space Prancis, dan yang kedua buatan Boeing Amerika Serikat. Dua-duanya akan diluncurkan dengan roket pendorong Falcon 9-5500 milik perusahaan aerospace Elon Musk, SpaceX, dan diluncurkan melalui peluncuran Cape Canaveral di Florida,” jelasnya.
Menkominfo menyatakan, pada saat yang bersamaan, proses produksi Satelit SATRIA-1 saat ini sudah mencapai sekitar 70 persen. “Menurut pabrikan pembuat satelit Thales Alenia Space, akan diluncurkan masih sesuai jadwal yaitu pada Juni tahun 2023 dan beroperasi komersial di tahun 2023 kuartal keempat,” papar Johnny. (kmb/balipost)
Credit: Source link