JawaPos.com – Pandemi Covid-19 bisa menjadi titik balik untuk mengevaluasi dampak buruk penggunaan BBM oktan rendah. Pada 23 September lalu, Pemprov DKI Jakarta mengklaim kualitas udaranya membaik hingga 50 persen. Peningkatan kualitas udara itu dikaitkan dengan berkurangnya aktivitas masyarakat, termasuk kendaraan bermotor di jalan.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam dialog publik bersama YLKI pada 11 Desember lalu menyatakan, pencemaran udara tak bisa lagi dianggap sepele. ”Motor dan mobil adalah penyumbang polusi nomor 1 pencemaran udara. Sebanyak 60 persen pencemaran udara disebabkan motor dan mobil yang menggunakan BBM dengan oktan rendah sehingga berdampak jelek untuk lingkungan,” tutur Budi.
Indonesia menjadi satu di antara tujuh negara di dunia yang masih menggunakan BBM RON 88 atau bensin premium. Selain Indonesia, enam negara pengguna bensin premium adalah Bangladesh, Kolombia, Mesir, Mongolia, Ukraina, dan Uzbekistan.
Ahli kesehatan lingkungan FKUI Budi Hartono dalam dialog bersama YLKI Jumat (4/12) memaparkan bahwa polusi udara disumbang sektor transportasi sebesar 75 persen. Sementara itu, industri sebanyak 8 persen, pembakaran domestik 8 persen, serta listrik dan pemanas 9 persen.
Dalam dialog itu disebutkan bahwa BBM RON rendah membuat pembakaran tidak sempurna dalam ruang bakar yang mengakibatkan peningkatan emisi. Hal itu berdampak buruk terhadap kesehatan. Berbagai penyakit kronis pun mengintai.
Akumulasi polutan yang masuk ke tubuh akan memengaruhi metabolisme tubuh. Kebanyakan hal tersebut berdampak pada gangguan pernapasan seperti ISPA. Tak cuma itu, ada lebih banyak penyakit turunan yang berpotensi besar menyerang masyarakat dengan kualitas udara buruk. Di antaranya, masalah paru, jantung, tekanan darah, dan stroke. ’’Bisa juga terjadi kanker paru dan gangguan fungsi paru,” tutur Buton, panggilan akrab Budi Hartono.
Bahkan, pada anak, polusi udara karena pembakaran BBM oktan rendah dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan paru, menurunkan fungsi paru, asma, infeksi pernapasan, serta memengaruhi perkembangan mental dan motorik. Selain itu, bisa terjadi kelainan perilaku, lahir dengan berat rendah, prematur, serta kematian janin.
’’Polusi udara itu juga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan stroke ketika mereka dewasa,” jelas Buton.
Menurut Manajer Kampanye Perkotaan dan Energi WALHI Nasional Dwi Sawung, saking berbahayanya BBM RON rendah, sampai-sampai pengguna mobil pribadi ber-AC dengan kaca tertutup pun tak luput dari ancaman polusi di jalanan. ’’Masih bisa masuk ke mobil. Ada partikel tertentu yang tetap masih bisa masuk ke kendaraan,” katanya.
Untuk itu, diperlukan adanya komitmen bersama antara pemerintah dan masyarakat untuk dapat mulai beralih pada BBM dengan RON tinggi yang lebih ramah lingkungan. Ditambah, dibutuhkan edukasi bagi masyarakat akan bahayanya BBM dengan RON rendah.
Editor : Mohamad Nur Asikin
Reporter : ARM
Credit: Source link