Pandemi yang melanda dunia sejak 2020 sudah menggeser –bahkan mengubah– berbagai perilaku manusia. Mulai berinteraksi satu sama lain hingga pola kerja. Istilah work from home (WFH) menjadi fenomena global. Bahkan, sekarang kita mengenal terminologi kerja baru, yakni work from anywhere (WFA). Namun, seberapa efektifkah WFA ini dalam keseharian kita?
—
TERNYATA, sebagian besar perusahaan di Indonesia menyatakan bahwa work from office (WFO) masih lebih efektif daripada WFH maupun WFA. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan WFH maupun WFA. Ada banyak perusahaan yang menerapkan metode itu, termasuk teknik scrum dan objective key results (OKR) yang berfokus pada fleksibilitas waktu dan tempat kerja. Mari kita sama-sama melihat apa yang membuat orang-orang ini berhasil menerapkan WFA.
Komitmen dan Konsistensi
Sebelum kita mengaplikasikan WFA dalam hidup kita, ada baiknya kita melihat dahulu apakah kita termasuk pribadi yang konsisten menyelesaikan berbagai tanggung jawab atau komitmen yang sudah kita mulai secara tepat waktu. Setiap orang bisa memulai sebuah tanggung jawab dengan baik, tetapi pada kenyataannya hanya segelintir orang yang sanggup menyelesaikannya dengan baik.
Mari kita tanyakan pada diri sendiri apakah kita termasuk pribadi yang menyelesaikan tanggung jawab –khususnya pekerjaan dalam hal ini– secara baik? Menyelesaikan tanggung jawab dengan baik berbanding lurus dengan kemauan kita untuk menjalankan tanggung jawab kita secara konsisten… day-by-day! Maka dari itu, jadilah seorang well-finisher!
Fokus, Tangguh Melawan Distraksi
Seseorang yang berhasil menjalankan WFA menunjukkan kepiawaiannya dalam mengatur setiap agenda dalam keseharian. Keterampilan mengatur agenda tidak hanya berbicara tentang pandai mengatur jadwal semata-mata, tetapi juga tegas menyikapi setiap distraksi atau gangguan yang sering kali ’’menabrak’’ jadwal tersebut. ’’Godaan’’ atau distraksi itu bisa berupa ajakan nongkrong bareng teman, episode terbaru drama favorit, dan banyak lainnya.
Orang yang bijak dalam mengatur agendanya benar-benar paham tentang pentingnya fokus dalam setiap kegiatan yang dilakukannya. Dia sadar bahwa ada waktunya untuk santai dan bersenang-senang. Namun, saat dia harus serius menjalankan tanggung jawabnya, dia pun akan melakukannya dengan senang hati dan fokus penuh.
Skala Prioritas
Setiap orang dapat menyusun skala prioritas, tetapi tidak semua orang tegas terhadap skala prioritasnya. Terlepas dari fakta bahwa memang kita harus memberikan fleksibilitas untuk hal-hal yang terjadi di luar rencana, ada banyak orang yang justru menjadi terlalu fleksibel terhadap skala prioritasnya.
Salah satu masalah terbesar yang sering menghambat kita untuk menjadi tegas terhadap skala prioritas adalah kurangnya ketegasan dalam bersikap. Keberanian untuk berkata ’’tidak’’ terhadap hal-hal yang rentan mengganggu skala prioritas akan memengaruhi produktivitas dan kinerja kita saat melakukan WFA.
Selain itu, ketegasan terhadap skala prioritas sangat terkait dengan keterampilan kita untuk dapat memilah-milah antara prioritas yang penting dan mana yang mendesak serta melakukannya berdasar skala prioritas yang benar.
Saat kita membangun ketiga kerangka berpikir dan berperilaku seperti poin-poin di atas, bukan hanya WFA yang berhasil kita atasi, melainkan produktivitas juga akan terlihat dalam berbagai bentuk komitmen atau tanggung jawab. Bila kita berpikir bahwa tiga hal tersebut sulit dilakukan, mungkin itu hanya karena kita belum memulainya dari hal-hal termudah. Tidak ada keberhasilan yang diperoleh tanpa komitmen dan proses! Let’s make it happen. (*)
*) Andrew Ardianto, President Director John Robert Powers
Credit: Source link