JawaPos.com – Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, selama sepekan perdagangan, atau periode 21 hingga 25 September 2020, rata-rata nilai transaksi harian Bursa Efek Indonesia (BEI) anjlok hingga 16,9 persen menjadi Rp 6,75 triliun dari Rp 8,12 triliun pada minggu sebelumnya.
Sekretaris Perusahaan BEI Yulianto Aji Sadono mengatakan, kapitalisasi pasar selama sepekan mengalami turun -2,15 persen menjadi Rp 5.751,97 triliun dari Rp 5.878,5 triliun pada pekan lalu.
Sementara itu, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama sepekan tercatat menurun 2,24 persen ke level 4.945 dari 5.059 pada pekan yang lalu. Sedangkan, rata-rata frekuensi harian menurun sebesar 5,46 persen menjadi 583,57 ribu kali transaksi dari pekan lalu sebanyak 617,26 ribu kali transaksi.
Kemudian, data rata-rata volume transkasi harian selama sepekan mengalami penurunan hingga 17,24 persen menjadi 9,5 miliar saham dari 11,48 miliar saham pada pekan sebelumnya.
Investor asing pada perdagangan Jumat (25/9) mencatatkan nilai jual bersih sebesar Rp 829,60 miliar, sehingga sepanjang 2020 mencatatkan jual bersih Rp 42,18 triliun.
Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, pada akhir pekan kemarin pasar saham menguat karena ada berita positif tentang perkembangan vaksin covid-19. Kepala ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Soumya Swaminathan mengabarkan, vaksin Covid-19 buatan Tiongkok telah terbukti berhasil dalam uji klinis.
WHO akan memastikan vaksin tersebut dapat didistribusikan secara merata ke semua penjuru dunia. WHO percaya vaksin Tiongkok adalah cara tercepat untuk mengakhiri pandemi dan mempercepat pemulihan ekonomi global. Cuplikan berita ini beredar di China Global Television Network.
“Sebenarnya ini merupakan cuplikan pembicaraan Soumya Swaminathan pada media briefing on Covid-19 yang dipublikasikan WHO di Youtube. Pemotongan membuat seakan-akan uji klinis akhir vaksin korona baru dari China telah berhasil. Sebenarnya pernyataan Soumya Swaminathan mengacu pada vaksin dari China telah memasuki uji tingkat lanjut atau fase 3,” jelasnya.
Disisi lain, pergerakan pada saham Indonesia di akhir pekan lalu juga di dukung oleh klaim pemerintah provinsi DKI Jakarta bahwa mekipun penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) jilid dua berhasil menekan angka kasus baru Covid-19, namun menjadi sentimen negatif di pasar.
“Selain kabar vaksin perusahaan China yang berhasil menjadi tambahan sentimen positif, PSBB jilid dua sampai Oktober menjadi sentimen negative bagi pasar,” ucapnya.
Sebab, meskipun PSBB ketat hanya di berlakukan di Ibu kota Jakarta, tetapi Jakarta punya kontribusi besar pada perekonomi Indonesia sehingga berpeluang menekan perekonomian Indonesia.
“Tercatat terjadi kenaikan kasus covid-19 baru yang beberapa kali menciptakan rekor. Kenaikan kasus di kontribusi oleh penularan yang semakin banyak dilakukan dan masyarakat Indonesia yang banyak tidak disiplin melakukan protokol kesehatan,” tutupnya.
Saksikan video menarik berikut ini:
Editor : Mohamad Nur Asikin
Reporter : Romys Binekasri
Credit: Source link