Kalau Sudah Pengin Mentok, Baru Dior Air Jordan 1 Dipakai

by

in

Baru tiga tahun Sutandi Purnomosidi memulai hobinya mengoleksi sneaker. Sepatu-sepatu keluaran Adidas dan Nike yang cukup eksklusif selalu jadi buruannya. Terbaru, dia berhasil mendapatkan dua pasang Dior x Air Jordan 1.

”Waduh, berapa ya? Sebentar dihitung dulu,” ucapnya saat ditanya berapa jumlah pasang sepatu yang sudah dikoleksi. Sepatu-sepatu tersebut tak ditempatkan dalam satu lokasi. Ada yang disimpan di rumah Surabaya, di Sydney, dan di beberapa ruang kantornya.

Mayoritas memang ditaruh di Sydney karena sang anak juga penggila sepatu. Tandi, sapaan Sutandi Purnomosidi, memperkirakan sudah ada seratus pasang sepatu yang dikoleksinya tiga tahun terakhir.

Saat dikunjungi di salah satu kantornya di Pakuwon Mall, ada lebih dari 20 pasang sepatu di sana. Direktur Marketing Pakuwon Group itu menunjukkan setumpuk kotak akrilik berisi sebagian koleksinya. Begitulah caranya menyimpan dan menikmati koleksinya. Setiap kotak akrilik diisi silica gel untuk menjaga sepatu tak lembap. ”Nggak harus dibuka untuk diangin-anginkan dalam waktu tertentu sih. Begini saja cukup, kalau rusak berarti waktunya beli lagi,” jawabnya kemudian terkekeh.

Sebagian besar sepatu koleksinya tak pernah digunakan. Hanya jenis-jenis tertentu. Salah satu yang tak akan pernah dipakai, tampaknya, Dior Air Jordan 1 miliknya. ”Ya mungkin sih kalau sudah puengen mentok, baru dipakai. Tapi, kadang saya mikir juga, jadi nggak bisa dijual dong,” jawabnya. Menurut Tandi, sepatu eksklusif kolaborasi semacam itu tak akan turun harga meski telah bertahun-tahun disimpan. ”Kalau pas nggak punya duit kan bisa dijual, eh,” selorohnya kemudian tertawa.

Sebagai kolektor sepatu, Tandi juga harus tahu bagian-bagian penting sepatu yang harus dijaga. Misalnya edisi kolaborasi Off White dengan Nike. Tandi sendiri punya beberapa koleksi kolaborasi tersebut. Di antaranya Off White x Nike Blazer dan Off White x Nike Air Jordan 1.

Sepatu jenis itu ditandai dengan tag polos yang dikaitkan pada talinya. Warnanya beragam. Ada yang merah, hitam, putih, jingga, dan lainnya. Saat masih pemula sebagai kolektor, Tandi memotong tag tersebut setelah membelinya. ”Wah, langsung dimarahin anak saya. Kalau dipotong, jadi nggak ada harganya, katanya,” kenang dia. Untung, hanya satu pasang yang jadi ”korban”. Tandi mengatakan, kolaborasi dengan Off White itu termasuk koleksi yang bisa diinvestasikan jangka panjang.

Perjalanan Tandi sebagai kolektor sepatu dimulai sekitar awal 2017. Sebelumnya dia mendapat hadiah dari rekan-rekan kerjanya. Sebuah sepatu ultraboost, salah satu sepatu yang juga dikenakannya hingga kini. Sejak itu Tandi jadi suka lihat-lihat sepatu dan beli secara online. ”Awal-awal itu setahun bisa beli sampai sepuluh kali lewat daring,” ungkapnya.

Hobi itu makin ”menggila” saat dikenalkan salah seorang kawannya. ”Waktu itu asal beli ini itu. Lalu diajari teman, kalau koleksi sepatu itu yang begini-begini lho,” ucapnya. Setelah itu Tandi jadi lebih selektif saat membeli. Barang-barang rare item atau kolaborasi kece brand Adidas dan Nike saja yang diincar.

Secara khusus Tandi tak punya tokoh favorit untuk memengaruhinya membeli sneaker. Koleksi kolaborasi dengan tokoh G-Dragon dan pebasket Damian Lillard ikutan nangkring di tumpukan kotak akrilik. ”Meski saya ya nggak tahu-tahu banget sama orangnya. Pokoknya, lihat sepatunya kece aja, beli,” jawabnya.

Tandi juga mengubah pola kebiasaannya. Dari awalnya hunting lewat situs internasional menjadi belanja saat sudah sampai di Indonesia. ”Sempat dapat pengalaman nggak enak saat beli Nike Uptempo x Supreme. Sekarang beli saja dari toko di sini, jadi mereka yang bawa masuk ke Indonesia,” paparnya.

Saksikan video menarik berikut ini:


Credit: Source link