Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan
Ankara – Presiden Turki Tayyip Erdogan meminta Donald Trump mengurungkan niatnya, usai Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan resolusi yang menolak Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Ia menyebut kebijakan Amerika Serikat tidak dapat dimaafkan.
Pada Kamis (21/12), lebih dari 120 negara menentang dan menyetuji resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menyerukan agar Amerika Serikat membatalkan pengakuannya atas Yerusalem sebagai ibukota Israel.
“Meskipun ada ancaman, PBB mengambil sikap terhormat. Amerika Serikat harus membatalkan kebijakannya yang salah ini,” kata Erdogan dalam pertemuan Partai AK-nya di Istanbul, dilansir dari Jerusalem Post, Jumat (22/12)
“Sikap Amerika Serikat menjelang pemungutan suara PBB akan diingat dalam sejarah demokrasi sebagai tindakan yang buruk dan tak termaafkan,” kata Erdogan.
Pada Rabu (20/12), Trump mengancam akan memotong bantuan keuangan ke negara-negara yang memberikan suara mendukung. Sebanyak 128 negara mendukung resolusi tersebut, yang tidak mengikat, sembilan menentang dan 35 abstain. Sementara, 21 negara tidak memberikan suara.
“Gedung Putih mengangkat telepon dan menghubungi anggota PBB satu per satu. Kemudian, ia mengancam mereka secara terang-terangan,” kata Erdogan, tanpa menjelaskan lebih jauh.
Israel, Honduras, Togo, Amerika Serikat, Palau, Kepulauan Marshall, Mikronesia, Nauru, Guatemala menolak resolusi Yerusalem.Sementara, dua pertiga negara anggota PBB termasuk Jerman, Prancis, Italia, Belanda, Belgia, Portugal, Swiss, Swedia, Norwegia, Spanyol dan Yunani memilih untuk mendukung resolusi tersebut.
TAGS : Yerusalem Turki Israel Amerika Serikat
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/26755/Kelakuan-Trump-di-Yerusalem-Tak-Termaafkan/