Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemristekdikti Ismunandar (Foto: Muti/Jurnas)
Semarang, Jurnas.com – Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) mendorong pihak swasta atau dunia industri supaya makin gencar membangun laboratorium di perguruan tinggi.
Pasalnya, saat ini perguruan tinggi Indonesia kesulitan bersaing di level internasional. Salah satu penyebabnya, laboratorium di kampus-kampus Tanah Air sudah ketinggalan zaman (out of date).
Demikian disampaikan oleh Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kemristekdikti Ismunandar, usai menghadiri Dies Natalies Universitas Diponegoro ke-62 di Semarang, Jawa Tengah pada Selasa (15/10).
“Pemerintah (sudah) berusaha yang kami punya untuk berinvestasi di bidang sarana dan pra-sarana, terutama laboratorium. Tapi kami juga berharap dunia industri ikut berkontribusi,” kata Ismunandar kepada awak media.
Adapun strategi untuk menarik minat industri membangun fasilitas riset, lanjut Ismunandar, pemerintah telah menjanjikan program pengurangan pajak (tax deduction).
“Jadi nanti dengan program itu kita berharap dunia usaha atau dunia industri bisa membantu membangun laboratorium,” jelas dia.
Dalam kesempatan yang sama, Rektor Universitas Diponegoro, Prof. Dr. Yos Johan Utama mengeluhkan fasilitas laboratorium yang masih menjadi kendala di perguruan tinggi Tanah Air pada umumnya.
Padahal perguruan tinggi Indonesia saat ini sedang berjuang untuk masuk dalam deretan kampus terbaik dunia, di mana hingga tahun ini baru tiga perguruan tinggi Indonesia yang tembus di peringkat 500 besar, yaitu Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Gadjah Mada.
“Bagaimana mau bersaing dengan perguruan tinggi dunia, sedangkan laboratorium kita saja sudah out of date (ketinggalan zaman),” ujar Yos.
Dorong Kualitas Riset
Secara kuantitas, Dirjen Belmawa mengapresiasi jumlah publikasi Universitas Diponegoro yang meningkat pesat dalam lima tahun terakhir. Kendati demikian, dia juga mendorong perguruan tinggi tersebut agar meningkatkan kualitas riset.
“Kita berharap itu terus ditingkatkan, sembari terus meningkatkan kualitasnya,” kata Ismunandar.
Selain itu, lanjut dia, Universitas Diponegoro dalam pemeringkatan nasional masih memiliki pekerjaan rumah untuk meningkatkan outcome, yang meliputi sitasi hingga jumlah paten.
“Jadi setelah publikasi itu hendaknya hilirisasi. Itu juga (termasuk) penilaian kinerjanya,” terang dia.
Terkait hal itu, Rektor Yos memaparkan bahwa pihaknya terus berupaya meningkatkan anggaran riset. Dana riset dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), meningkat dari Rp5,28 miliar pada 2015 menjadi Rp32,58 miliar pada 2019.
Selanjutnya, dana hasil kompetisi para peneliti di Universitas Diponegoro melalui Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) Kemristekdikti naik dari Rp22,45 miliar pada 2015 menjadi Rp44,18 miliar pada 2019.
“Sedangkan dana riset kerja sama dengan berbagai mitra juga meningkat dari Rp6,21 miliar pada 2015 menjadi Rp30,8 miliar pada 2019,” jelas Yos.
“Dengan demikian, total dana riset Universitas Diponegoro pada 2019 adalah sebesar Rp107,56 miliar,” tandas dia.
TAGS : Kemristekdikti Dunia Industri Laboratorium Anggaran Riset
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/60927/Kemristekdikti-Dorong-Swasta-Ikut-Bangun-Laboratorium/