Cingur dan Jeroan Hewan Terjangkit PMK Dilarang Dikonsumsi
JawaPos.com – Penyakit mulut dan kuku (PMK) memunculkan kekhawatiran terganggunya pasokan daging. Terlebih, wabah tersebut kini meluas dan waktunya berdekatan dengan Hari Raya Idul Adha.
Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan sudah melakukan langkah antisipatif. Dengan begitu, wabah PMK tidak akan mengganggu pasokan hewan ternak untuk Idul Adha. ”Menghadapi Idul Kurban, semua terantisipasi. Namun, tentu ini membutuhkan kerja sama semua pihak sehingga semua bisa berjalan sesuai dengan harapan,” kata Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo.
Terkait dengan pasokan daging, lanjut dia, hingga kini rumah potong hewan (RPH) dapat menyerap hewan ternak yang terjangkit PMK. Dengan catatan, pemotongan hewan tersebut harus didampingi tenaga kesehatan yang disediakan Kementan. Langkah itu diharapkan bisa mencegah penjualan liar dari pemotongan hewan ternak yang terjangkit PMK.
Selain itu, Kementan tengah melatih tenaga medis hewan untuk menangani wabah PMK. Tenaga medis akan bertugas mengedukasi masyarakat dalam memilah dan memotong ternak yang terjangkit PMK sehingga dagingnya bisa dikonsumsi.
Sebagaimana yang ditegaskan sebelumnya, PMK pada ternak tidak menular ke manusia. Daging dari hewan yang terpapar PMK masih dapat dikonsumsi. Asalkan, bukan pada bagian-bagian yang lazim terpapar. Mulai mulut, kaki, lidah, bibir, hingga jeroan.
Senada, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Nasrullah memastikan bahwa pasokan ternak untuk Idul Adha masih aman. Tidak akan ada kelangkaan hewan ternak pada momen Lebaran Haji tersebut. Optimisme itu terbangun dari pengalaman sebelumnya. Kebutuhan hewan ternak untuk kurban biasanya hanya mencapai 10–20 persen dari total populasi yang ada. ”Insya Allah tersedia. Pengalaman-pengalaman sebelumnya hanya 10–20 persen dari populasi yang dipakai,” jelasnya.
Di sisi lain, Kementan akan membuat standard operating procedure (SOP) khusus mengenai distribusi ternak dari satu daerah ke daerah lain. Diharapkan, tidak akan terjadi pertukaran kontaminasi PMK. Ditargetkan, detailnya bisa rampung sebelum Idul Adha. ”Mudah-mudahan, sebelum Idul Adha, kami bisa punya SOP itu. Jadi, masyarakat muslim bisa melaksanakan kurban dengan aman dan sehat,” tutur dia.
Terpisah, Ketua Umum Jaringan Pemotongan dan Pedagang Daging Indonesia (Jappdi) Asnawi menuturkan, hingga saat ini belum ada dampak di sektor penjualan dan pemotongan daging. Sebab, saat ini mayoritas kasus PMK berada di Jawa Timur (Jatim). ”Memang Jatim sebagai (salah satu, Red) pemasok sapi terbesar di Indonesia yang memasok menyebar di wilayah Indonesia, termasuk Jakarta, Banten, dan Jabar. Cuma, kontribusinya tidak besar,” ujarnya kemarin (12/5).
Asnawi menyebutkan, pangsa pasar sapi Jatim berada di Kalimantan, Sumatera, Medan, Lampung, Padang, Jambi, dan lainnya. Untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya, sapi-sapi yang didatangkan harus bersaing dengan pemasok lainnya, terutama pasokan dari impor. ”Sehingga kapasitas jual Jatim ke mari (Jakarta dan sekitarnya) tidak terlalu tinggi,” katanya.
Terkait dengan momen Idul Adha pada Juli mendatang, Asnawi menyampaikan, mungkin ada dampak yang dirasakan. Sebab, biasanya akan ada sapi pasokan dari Jatim yang dikirimkan ke berbagai wilayah. Namun, kondisi lockdown tentu diperhitungkan. ”Meski di-lockdown, bisa diantisipasi (dapat) sapi dari daerah lain. Kalau dari Jatim, itu bisa dapat sapi dari Madura. Sapi Madura masuk kategori kebutuhan kurban ke Jabodetabek. Karena dari spek timbang hidupnya masuk kategori nilai jual tinggi,” paparnya.
Asnawi mengungkapkan, pada momen kurban, masyarakat cenderung mencari sapi dengan spek harga di bawah Rp 20 juta. Saat ini spek sapi di bawah Rp 20 juta sangat minim untuk dicari. Kini harganya berkisar di Rp 21 juta–Rp 23 juta.
”Sejauh ini belum berdampak. Nanti kemungkinan untuk Idul Adha berdampak, tapi dari sisi harga saja karena dari sisi pasokan ini cukup. Selain dari Jatim, pasokan bisa dari daerah lain kok,” ungkap Asnawi.
Di sisi lain, reaksi pelaku industri peternakan beragam dalam menyikapi wabah PMK sapi. Menurut Ketua Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Segar (PPSDS) Jatim Muthowif, kepanikan belum terjadi di pedagang daging di Surabaya. Sebab, kebanyakan pasokan Surabaya datang dari Malang, Probolinggo, dan Madura. ”Di tingkat RPH, pemerintah kota sudah mengecek setiap sapi yang dipotong. Sampai kemarin malam (Rabu, 11/5), belum ada yang terdampak wabah PMK,” paparnya.
Sampai saat ini, arus pemotongan sapi di Surabaya masih stabil. RPH di Surabaya biasanya memotong 130 ekor per hari. Kondisi tersebut diharapkan bisa bertahan sampai Idul Adha.
Editor : Ilham Safutra
Reporter : dee/mia/bil/uzi/riq/c14/fal
Credit: Source link